Retak Berhamburan

blank_paper
Chapter #45

Bab 45 - Makan Malam (PoV Dewa)


{By, bisa nggak sih kamu jahat saja ke aku. Jadi aku bisa benci sama kamu. Aku nggak sanggup pisah kaya gini, By. Aku nggak tahan.}


Aku menerima email dari Lidya. Kami sempat bertengkar hebat karena aku tetap percaya pada Jingga dan mengira kalau Lidya yang mengirimkan semua pesan dan foto itu. Dia bahkan meminta putus kembali dari ku dan tidak menghubungiku selama seharian.

Aku kira, hubungan kami benar-benar berakhir dan aku pun tidak mencarinya. Aku memang merasa patah hati, tetapi aku sudah berjanji kalau tidak akan mencarinya kalau hubungan kami berakhir.

Dua hari ini memang terasa lebih melegakan. Aku tidak perlu pusing memikirkan hubunganku dengan Lidya dan aku bisa konsentrasi untuk memperbaiki hubunganku dengan Jingga.

Email itu cukup mengganggu. Aku menahan diri untuk tidak membalas. Aku tahu bagaimana lemahnya pertahanan diriku terhadap Lidya.

Dengan kesendirianku ini, aku menjadi lebih membutuhkan seseorang untuk berada di dekatku.

Aku mencoba mengabaikan Lidya dan mencoba menghubungi Jingga.

“Halo, Jingga. Apakah kamu sibuk?”

Untung saja Jingga mengangkat panggilanku.

“Tidak. Aku hanya sedang bermain dengan anak-anak sebelum makan malam.”

“Apakah mereka bertanya kenapa aku sudah tidak pernah tidur di rumah?”

“Aku menjelaskan seperti kesepakatan kita kalau kamu perlu untuk bekerja sementara di luar.”

“Oh ....” Aku terdiam sesaat. Rasanya begitu canggung sekarang untuk memulai pembicaraan. “Aku kangen kalian ....”

Aku memang benar-benar merindukan mereka. Sendirian di apartemen seperti ini benar-benar membuat aku banyak berpikir.

“Kamu bisa kapan saja bertemu dengan anak-anak. Aku tidak akan melarang selama kamu tidak tiba-tiba datang. Bagaimanapun mereka kan anak-anak kamu juga.”

“Iya aku tahu. Apa sudah tidak ada kesempatan untuk kita, Jingga? Aku tidak ingin berpisah.”

“Kamu saat ini hanya belum terbiasa tanpa aku, Dewa. Aku yakin, kamu akan cepat beradaptasi dengan semua ini. Kamu juga masih punya Lidya yang menemani kamu.”

“Dia mana bisa menemani aku seperti kamu menemani aku? Hal sesimple naik motor saja dia tidak mau. Sedangkan kamu, kamu tidak pernah mengeluh. Kalian benar-benar berbeda.”

“Bukankah perbedaan itu yang membuat kamu jatuh cinta padanya? Kamu merasa lebih menyukai wanita high maintenance. Seleramu jadi berubah. Aku yang tidak bisa mengikuti kemauan kamu. Aku hanya bisa menjadi diriku sendiri.”

“Aku hanya tergoda dengan sesuatu yang berbeda. Dan aku mengikuti godaan itu. Aku salah .... Dia tidak akan bisa menggantikan kamu, Jingga. Tidak akan pernah.”

Jingga tidak menjawab. Dia terdiam beberapa saat. Aku berharap dia mau mengubah pendiriannya. Aku ingin keluargaku tetap utuh.

“Maaf, Dewa. Apa yang telah kamu lakukan mungkin bisa aku maafkan, tetapi tidak berarti aku mau kembali hidup bersama kamu. Kamu telah mengkhianati kepercayaan ku dan kamu sudah tidur dengan wanita lain. Aku tidak bisa, Dewa.”

“Hukum aku dengan cara lain, Jingga. Bahkan jika kamu mau membenciku seumur hidupmu aku tidak peduli asal kita tetap bersama.”

“Aku tidak menginginkan kehidupan seperti itu Dewa. Apakah kebencian itu yang mau kamu turunkan ke anak-anak? Mereka tidak hanya butuh keluarga yang lengkap, tetapi mereka butuh keluarga lengkap yang bahagia.”

“Mereka masih butuh ayahnya, Jingga.”

Lihat selengkapnya