“Cemilannya sudah siap!”
Aku membuka pintu ketika Dewa selesai berbicara. Aku memaksakan senyumanku untuk menutupi sisa-sisa sembab di wajahku.
Aku bisa merasakan kalau Dewa memperhatikan aku sejak aku masuk ke dalam kamar, dan aku tahu kalau dia pasti menyadari kalau aku habis menangis. Kami bersama cukup lama untuk mengetahui kebiasaan masing-masing. Dan salah satu kebiasaanku adalah memakai kacamata di saat aku habis menangis.
Biasanya, kacamata hanya aku pakai di saat aku berkendara atau menonton film di bioskop. Selebihnya, aku sangat jarang memakainya. Apa lagi di dalam rumah.
“Kalian main dulu sama Papa, ya? Mama mau membereskan dapur.”
Devan tiba-tiba berdiri. “Devan ikut Mama, ya? Devan juga mau membereskan dapur.”
Devan bahkan tidak menunggu jawabanku dan langsung keluar dari kamar menuju ke dapur. Aku sempat tertegun dengan sikapnya dan langsung bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang terjadi sebelumnya?
Aku melihat kalau Dewa tampak terkejut juga dengan sikap Devan.
“Andy main sama Papa dulu, ya?”
Aku pun mengecup Andy dan menyusul Devan. Aku merasa kalau ada sesuatu yang terjadi dengan Devan. Dia tampak tidak bahagia walaupun Dewa datang.
Di Dapur, aku tidak bertanya. Aku hanya memberi waktu pada Devan untuk bercerita sendiri kepadaku. Aku tahu kalau Devan adalah anak yang tertutup dan aku tidak bisa memaksanya. Dia akan merasa lebih nyaman kalau bercerita setelah ia siap.
Devan membantuku untuk melap cucian piring dan meja dapur. Kami berbicara hal-hal sehari-hari, sampai akhirnya dia mengatakan sesuatu.
“Were you crying, Mom? Did he make you cry?”
Ternyata Devan memperhatikanku dengan detail. Dia bahkan bisa melihat kalau aku habis menangis, padahal aku pikir aku menyembunyikannya dengan baik.
“Papa tidak perlu datang kalau hanya untuk membuat Mama sedih.”
“Mama tidak apa-apa, Sayang. Tentu saja papa boleh datang untuk menemui kalian. Dia kan papamu.”
“Kami bisa bertemu di luar saja. Devan tidak mau Mama menangis lagi karena papa datang.”
Aku mendekat kepada Devan dan mengelus kepalanya. “Mama janji kalau Mama tidak akan menangis lagi. Kalian harus tetap bisa bertemu papa walau papa datang ke sini “