Retak Berhamburan

blank_paper
Chapter #64

Bab 65 - Seusai Sidang (PoV Jingga)


“Kamu tidak mau memberi pelajaran pada Lidya? Kamu tahu kalau aku bisa membuat dia masuk bui dengan tiga pasal pelanggaran, kan?”

Aku sedang menatap ke arah luar jendela. Kehadiran Lidya di hari persidanganku sudah dengan jelas memperlihatkan bagaimana dia sangat menginjak harga diriku sebagai seorang istri.

Aku bahkan belum bercerai dengan Dewa, tetapi sepertinya dia sudah memperoleh piala kemenangan.

Aku menggelengkan kepala menanggapi perkataan Rara. Aku tahu kalau Rara sudah benar-benar menahan kekesalannya. Bahkan ia sangat menahan diri untuk tidak menjambak Lidya tadi.

“Aku malas ribut-ribut, Ra. Biarkan saja dia melakukan apa yang dia mau. Sekarang aku tidak dalam proses mempertahankan Dewa. Jadi, dia boleh memiliki Dewa.”

Pandanganku masih mengarah ke luar jendela.

“Iya, aku tahu. Setidaknya, tidak bisakah dia menunggu sebentar? Kalian kan belum resmi bercerai. Semakin lama dia semakin kurang ajar.”

“Mungkin karena dia merasa menang. Biarkan saja. Dia tidak berpikir kalau hidupnya akan semakin sulit. Dia masih menikah dan dia nekat untuk bersama Dewa.”

“Menurutmu, setelah kalian berpisah, apakah Dewa akan bersamanya? Dewa akan menjadi simpanannya?”

“Mungkin saja. Bisa jadi Dewa merasa dia sudah kehilangan segalanya dan hanya tersisa Lidya di sisinya.”

Rara menghela napas berat. Rara cukup tahu bagaimana perjalananku dan Dewa. Karena itu lah dia juga sedikit bisa merasakan pahitnya apa yang sedang aku hadapi saat ini.

“Aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada di otak Dewa. Dia mencoba menggantikan mu dengan wanita seperti itu? Apa sebenarnya yang dia lihat dari wanita seperti itu? Yg bisa sembarangan tidur dengan pria lain dan mengkhianati suaminya.”

“Mungkin seleranya berubah,” jawabku enteng. Aku sudah lama tidak pernah lagi mencari jawaban atas pertanyaan mengapa Dewa bisa jatuh hati kepada Lidya. Kami bagaikan langit dan bumi. Dalam segala hal. Penampilan dan juga sifat.

“Aku benar-benar heran kamu bisa setenang ini. Apa lagi tadi, ketika Lidya melewati kita. Aku tidak akan mungkin bisa setenang kamu.”

“Tuhan yang membuat aku bisa setenang ini. Aku banyak berdoa agar aku bisa kuat menghadapi semua ini, Ra.”

Sebelum pulang, aku menjemput anak-anak di rumah kedua orang tuaku dan mengajak mereka makan bersama dulu.

Mereka tidak tahu kalau aku baru saja pulang dari sidang. Mereka hanya tahu kalau aku pergi bersama Rara.

Ketika aku memasuki rumah, aku melihat mobil Dewa terparkir di halaman rumahku. Dan aku menemukan Dewa sedang duduk di teras rumahku.

Lihat selengkapnya