Retak Berhamburan

blank_paper
Chapter #66

Bab 66 - Ada Titik Temu (PoV Jingga)


Ketika aku datang bersama Rara, aku melihat Dewa sedang duduk di dekat ruang mediasi. Sepertinya dia sedang asyik melihat ponselnya sampai tidak menyadari kehadiranku yang sudah berdiri di depannya.

Aku melihat layar ponselnya dan ternyata dia sedang memandangi foto-foro kebersamaan kami. Jujur, aku sedih melihatnya. Kami ada di sini untuk proses perpisahan kami, tetapi kenangan kami bersama tidak akan mungkin bisa menghilang.

Dewa memakai setelah jas dan kemeja yang aku suka. Mungkin dia sengaja melakukannya agar aku mengingat kembali kalau masih ada kenangan kami yang tersisa yang masih bisa kami pegang untuk memulai kembali.

Dewa memang terlihat sangat tampan hari ini. Aku harus mengakuinya. Bukannya hari-hari lain dia tidak terlihat tampan, tetapi selalu ada yang berbeda setiap ia memakai setelan jasnya.

Kami masuk ke dalam dan sang mediator menjelaskan agenda kami hari ini. Beliau memberikan kesempatan untuk kami mengungkapkan apa saja yang ingin kami katakan yang mungkin saja bisa membuat kami rujuk kembali.

Aku hanya mengatakan kalau keputusan ku sudah bulat dan setelah itu Dewa meminta waktu agar kami bisa berbicara berdua saja, dan Rara keberatan dengan hal itu.

Aku bisa mengerti kekhawatiran Rara meninggalkanku berdua saja dengan Dewa. Bukannya Rara takut Dewa akan menyakitiku, karena sepanjang perjalanan pernikahan kami, tidak pernah satu kali pun Dewa melakukan kekerasan fisik sekecil apa pun.

Rara khawatir kalau Dewa memainkan kata-kata manis yang akan membuat hatiku tersentuh. Rara sangat tahu bagaimana mudahnya aku memafkan seseorang karena aku tidak ingin hidupku dipenuhi oleh kebencian.

Sayangnya, Dewa telah melakukan sesuatu yang tidak bisa aku maafkan. Apa pun yang dia katakan tidak akan bisa mengubah pendirianku. Keputusanku tetap sama. Kami akan berpisah.

Aku memang sengaja mengizinkan Dewa untuk berbicara berdua saja padaku. Mungkin akan lebih nyaman untuk kami berdua. Berbagai skenario yang akan Dewa katakan sudah dapat aku bayangkan, tetapi ada satu yang ternyata meleset dari perkiraan ku.

Aku tidak menyangka kalau Dewa pada akhirnya akan memberikan pilihan menyerah dan memilih untuk memberikan kebahagiaan yang aku inginkan, meskipun itu berarti kalau dia akan kehilangan aku.

Mungkin pada akhirnya Dewa sadar kalau pun dia memaksakan kehendaknya, aku dan dia tidak akan bahagia, begitu pun dengan anak-anak. Setidaknya, masih ada sedikit ketidakegoisan yang ia paksakan kepadaku.

Lihat selengkapnya