Retak Berhamburan

blank_paper
Chapter #67

Bab 67 - Kosong (PoV Dewa)


Aku sudah tahu kalau usahaku untuk berbicara kembali pada Jingga akan sia-sia. Dari awal, dia tidak pernah terlihat goyah dengan pendiriannya. Jingga benar-benar ingin lepas dariku.

Ketika Jingga mengizinkan aku untuk berbicara berdua dengannya, aku merasa lega. Meskipun mungkin pendiriannya tidak berubah, setidaknya ia akan tahu isi hatiku.

Semua telah aku ungkapkan dan Jingga tetap bersikeras. Dia tidak goyah sedikitpun. Aku hanya bisa pasrah.

Setelah memohon kepadanya dan tidak berhasil aku hanya bisa terdiam memandang ke arahnya.

Dia tidak tampak banyak berubah Kecantikannya tidak pudar walaupun telah memasuki usia empat puluh. Tidak perlu polesan make up untuk tetap menampilkan kecantikan alaminya.

Aku ingin melihatnya tersenyum kembali. Aku ingin dia bahagia. Aku akan memberikan semua yang dia minta sebagai hal terakhir yang bisa aku lakukan untuk membuktikan kalau aku benar-benar mencintainya. Aku akan melepaskannya.

“Semua tuntutanmu akan aku penuhi. Setidaknya, aku harap, aku bisa memberikanmu kebahagiaan untuk terakhir kalinya dengan melepaskanmu.”

Itulah hal terakhir yang aku katakan sebelum akhirnya aku berdiri dan keluar dari ruangan itu. Setelah ini, aku yakin kalau akan ada undangan sidang kedua yang aku terima untuk memutuskan hubungan pernikahan kami.

Rara terlihat menunggu di depan ruangan. Ia langsung menghampiriku ketika melihat aku melangkah keluar dari ruang mediasi.

“Jingga di mana?”

Aku tidak menjawab.

“Proseslah sesuai keinginan Jingga. Dia boleh menuntutku apa saja, aku akan memberikannya. Aku hanya minta foto-foto pernikahan kami untuk aku simpan. Selebihnya, dia boleh meminta apa saja.”

Aku melangkah meninggalkan Rara yang tampak bingung, tetapi ia langsung masuk untuk menemui Jingga.

Aku berjalan tertatih ke arah mobilku. Pikiranku kosong. Meskipun bibirku mengatakan kalau aku melepaskannya, hatiku menjerit berlawanan arah. Hatiku tidak rela melepaskan Jingga.

Getar ponsel di saku celana mengalihkan perhatianku.

Lidya.

Kenapa dia tidak menyerah untuk mencari ku? Aku sudah tidak pernah menanggapinya lagi. Rasanya sangat melelahkan. Aku benar-benar ingin berhenti dan membuat dia mengerti kalau kehadirannya telah menghancurkan hidupku.

Memang bukan sepenuhnya kesalahannya, karena aku menyambut segala perhatiannya.

Aku mengangkat panggilan itu.

“Byyyyyy.”

“Akhirnya kamu angkat panggilanku.”

Lihat selengkapnya