Blurb
Menikah dengan pujaan hati tentu menjadi dambaan semua orang. Namun, siapa sangka kehidupan setelah pernikahan ternyata membuka sejumlah tabir. Kepedihan demi kepedihan harus dihadapi Airin. Sekali pun Airin mengalihkan pikiran dan konsentrasinya pada hal lain yang dianggapnya lebih bermanfaat, ternyata sang suami tidak melihat dari kacamata yang sama. Hal itu membuat perbedaan di antara mereka menjadi semakin melebar. Satu per satu rasa sakit Airin seakan sudah kehabisan cara untuk diobati. Bisakah ia bertahan dalam pernikahan yang sudah memberikan empat anak, dua gelar master, dua rumah pribadi, satu jabatan prestisius, dan sejumlah lain pencapaian pribadinya ini?