DENGAN wajah panik, Khalid masuk setelah menanyakan pada sekuriti yang berjaga dimana pasien yang dikabarkan menjadi korban babak belur bernama Arqam. Satu pintu lagi lelaki berparas kaukasoid itu akan memindai seluruh ranjang mencari sang sahabat, namun langkahnya urung ketika seorang gadis berjilbab tengah duduk di bangku ruang tunggu memanggilnya. Atensinya pun teralihkan pada sosok yang beberapa menit lalu melalui sambungan telepon mengabarinya terkait Arqam di IGD.
"Indri! Gimana Arqam?"
"Udah ditangani dokter, udah juga ditanya-tanyain pihak kepolisian..."
"Polisi?" Khalid hampir lupa mengenai kronologi yang sudah dipaparkan Indri melalui panggilan telepon. "Trus lu sendiri udah liat dia?"
Indri menggeleng. "Gak lama Arnum nyamperin Arqam di dalam, ada sepasang orang yang gua pikir suami istri nengokin Arqam. Mereka mengaku saudara-saudaranya Arqam."
"Saudara?" Khalid mengernyitkan wajah tersirat menunjukkan kecurigaan.
Indri lantas melangkah dan berdiri di depan pintu masuk para pasien IGD, diikuti Khalid kemudian. Ciri-ciri sosok Tiara dan Usman dijelaskannya dengan agak berbisik. "Lo kan deket sama Arqam, lo tau mereka?"
Khalid mengembuskan napas, mulanya sulit mencari mana sosok-sosok yang mencirikan Tiara dan Usman. Tatkala matanya justru mengenali Arnum, lantas dipahami saja bahwa seorang pria dan seorang wanita berjilbab panjang di dekat gadis itu pasti suami istri yang dimaksud Indri. Sebelah ujung bibir terangkat, merasa bukan waktu untuk menerka-nerka siapa mereka demi ingin mempersingkat waktu akan menemui sang sahabat.
Akan tetapi, langkah terurung kembali ketika Indri menyebut namanya sekali lagi. Khalid pun menoleh.
"Apa ini?" Khalid mengerutkan kening oleh sebuah plastik yang menunjukkan adanya kotak di dalamnya.
Beberapa kue pie buah memenuhi isi kotak itu, dengan di dalamnya ada secarik kertas yang tercetak ucapan selamat ulang tahun pada sebuah nama yang bertulisan tangan.
>>>
Samar suhu mesin pendingin ruangan para pasien IGD dirasakan Arqam tatkala hanya dirinya dan Khalid tinggal berdua--tidak perlu sebutkan adanya para pasien lain dan para petugas medis yang sedang bertugas. Keruh wajahnya memandang langit-langit setelah Khalid memaparkan segala rinci terkait Arnum dan Indri bahkan Jelila.
Padahal akan ditemuinya Usman sepulang dari kerja paruh waktu, setelah menerima pesan dari Shazia yang minta izin meretas keberadaan untuk menemui demi suatu hal yang akan dibicarakan. Pesan tersebut menunjukkan pemblokiran dari gadis itu sudah dibuka, dibalas olehnya izinkan diretas.
Khalid yang kala itu rupanya diam-diam menahan sesal oleh tingkah Jelila sang istri, merasa tidak tahan berterus terang ihwal saat Arnum selesai merias Shazia. Jelila menggebu-gebu menceritakan pada Arnum tentang 'siapa' Shazia saat di Sekolah Animasi Pertiwi. Saling dingin sempat terjadi antara suami istri setelah Khalid kecewa atas tindakan istrinya sembarangan katakan hal yang tidak perlu. Mendengarnya membuat Arqam tersulut geram dalam diam, ada gelegak di dalam diri yang ingin diumbarnya pada siapa pun, bahwa gadis yang dinanti kabarnya dari Tiara itu tidak seburuk yang terlihat di Sekolah Animasi Pertiwi. Akan tetapi pesan dari Usman menggetirkan batinnya, gadis itu ternyata akan berikan jawaban bila telah dapat memastikan dari dokter kesehatan jiwa—tentang boleh tidaknya penderita gangguan jiwa menempuh sebuah pernikahan. Gelegak batin yang masih bersarang lantas seolah-olah menjalankan tubuhnya ingin bertemu muka dengan Usman demi mengetahui lebih lanjut tentang Shazia sang gadis.
"Berarti bini lu terlibat?"
"Terlibat apa?"
"Ya, kan lu bilang Arnum ngikutin gua sama Indri tadi..."
"Gua gak tau...," Khalid termenung muram. "Tapi gua akan interogasi dia!"