PERKEMAHAN itu rupanya dilakukan untuk mempertemukan manakala ada dari laki-laki berkenan pada ada dari para perempuan atau sebaliknya. Freya dan Meri yang mengetahui pertama kali sebelum berangkat menelusuri bukit-bukit sekitar, dan baru mereka bagikan rencana Tiara tersebut pada Shazia dan Lisa di rumah singgah beberapa hari dari hari berkemah usai mengajar.
Materi belajar untuk murid-murid pada hari esok sempat memenuhi benak Shazia namun buyar seketika begitu mendengar penuturan secara bergantian dari Freya dan Meri tersebut. Shazia pun menelan air ludah, duduk menyelonjor pada lemari kamar khusus para pengajar beristirahat, meneguk segelas air yang baru diambilnya dari dispenser. Menyimak pembicaraan para rekan pengajar, terutama Freya yang sudah dicurigainya menaruh hati pada si satu-satunya berjanggut dan berkumis tipis di antara para laki-laki yang menjadi kelompok perkemahan lalu. Meski bersyukur Arqam tampaknya tidak dikenali para rekan pengajar, tetapi ada rasa keberatan bila Freya benar-benar terpincut pada sang peretas.
"Shaz! Lu diem aja! Ada yang lu taksir gak?" tanya Lisa.
Sebentar Shazia menatap Lisa, terlihat tidak biasanya bagi para rekan pengajar yang mengenal Shazia sebagai gadis yang selalu ceria. Belum ia menguntai sepatah dua patah kata, salah satu rekannya mengungkap kengerian mereka terhadap Shazia.
"Lu kenapa, Shaz? Ada masalah? Lagi sakit? Gak biasanya...," Lisa menyipitkan sebelah mata penuh selidik. "Kayak bukan elu!"
"Jangan-jangan...," Meri dengan jahil menambahkan kesan seolah-olah menakut-nakuti rekan-rekan pengajar, yang lantas membuatnya, bersama dua lainnnya menjerit ketakutan. Tapi kemudian terhenti saat Shazia menatap datar, tiga rekannya lalu bangkit dari duduk dan akan keluar dari kamar istirahat, sontak Shazia beranjak dengan wajah garang.
"Woy! Jangan tinggalin!"
Pintu kamar dibuka sedikit, Lisa melongok untuk memastikan Shazia masih manusia. Lisa pun menyengir, membukakan pintu lebar-lebar, diikuti dua lainnya turut menyengir. "Ya abis lu diam aja! Ngeri tau gak!"
"Edan kalian ya! Aku masih manusia! Aje gile! Sableng kok rame-rame!" Gerutuan Shazia menderaikan tawa para rekan pengajar.
"Ya abis kaku amat muka lu kayak kanebo kering! Kita lagi bahas rencana kak Tiara yang mau bikin kita kali aja kepincut sama salah satu diantara teman-teman kak Usman tau gak! Nah Freya dah ada yang bikin dia kepincut nih!"
"Oh ya? Alhamdulillah, berarti normal," Shazia berkata seakan-akan tidak tahu siapa yang disukai Freya.
"Emang kamu lagi pikirin apa sih kok kaku gitu?" Meri penasaran.
"Itu... materi buat besok..."
"Etdah segitunya, lempengin aja kali Shaz!" Entah mengapa Lisa dan Freya bisa bicara berbarengan, sontak kemudian saling memandang dan menertawakan masing-masing.
"Emang materinya apa?"
"Apa ya... Susah jelasinnya, ntar aku kirim link atau videonya ke kalian deh!"
"Kudu perhatian dong, Shaz! Biar kayak ini...," Lisa mendorong pipinya dengan lidah dari dalam mulut ke arah Freya--seperti menunjuk-nunjuk.
"Ape lu?!" sembur Freya. Ia lalu memangku tangannya dengan pandangan tegas menerawang. "Nanti gua akan bilang kak Tiara kalau gua mau sama yang itu!"
Terdengar para ibu murid-murid di lantai bawah seperti sedang menyapa tamu yang baru datang, para pengajar saling melempar pandang sudah bisa menebak siapa yang sedang datang.