Retas

Gia Oro
Chapter #32

Sudah Semestinya

MASYGUL tidak mampu ditampik ketika Bangkit memberi tahu, bahwa Usman sengaja mengundang kawan-kawan yang kemudian mengundang kawan lain lagi untuk ikut serta dalam perkemahan, demi mempertemukan jodoh untuk para rekan pengajar bawahan Tiara sang istri. Usia para pengajar sudah terlampau seperempat abad, maka ajang berlibur melalui perkemahan diharapkan menjadi salah satu upaya. Akan tetapi tidak bisa diungkapkan rasa masygul itu karena Bangkit baru mengetahui selepas berhari-hari setelah hari berkemah.

Sudah jelas Arqam, Bangkit dan lainnya dikenai 'jebakan'. Entah apakah di antara para laki-laki atau perempuan ada yang sudah menemukan tambatan hati, Arqam justru menemukan sebuah titik terang dan direncanakannya tanpa memberi tahu Bangkit. Teringat ketika sedang berada di warung minuman kemasan sebelum didatangi Tiara dan para rekan pengajar, Usman meminta nomor-nomor lainnya untuk manakala akan berlibur lagi. Arqam memulai upayanya untuk menjangkau Shazia.

Menghubungi Usman, dibicarakannya terkait salah satu dari para rekan pengajar Tiara. Sudah barang tentu Usman di seberang sambungan terkejut karena kawan dari Bangkit sang adik kelas rupanya saling mengenal dengan Shazia, dan pertanyaan yang sudah ditebak pun menjurus setelahnya, tentang mengapa di perkemahan terlihat tidak saling mengenal. Arqam mengatakan hanya akan berterus terang bila diizinkan melakukan janji temu. Tidak hanya empat mata, Tiara dipinta oleh Arqam untuk turut serta dilibatkan.

Dengan sabar dan hati-hati agar tidak dikuasai sesal atas dosa yang sudah diperbuat, segala momen termasuk ketika belum menemui Shazia dipaparkan Arqam yang telah mengakui sebagai seorang peretas. Ia mengatakan telah mengetahui adanya akun media sosial rahasia berisi sisi terpuruk Shazia sang korban peretasan--selain akun media sosial yang berisi kata-kata bijak. Mendukung upaya pulih, sampai ajari meretas. Tibalah ketika mengakui sebuah dosa, sang gadis berat pula mengadukan pada pihak berwajib karena sudah dianggapnya sang peretas sebagai teman—bila mengingat betapa berharga nilai pertemanan setelah alami trauma sejak kecil. Lantas tawarkan pernikahan agar tidak dihantui kekhawatiran bilamana menikah dengan wanita lain, yang demikian dijadikan pula sebagai tanggung jawab, akan tetapi sang korban peretasan justru terlihat frustasi dan menudingnya sebagai penipu.

Berulang kali Arqam meminta maaf pada Tiara setelah dirasa semua telah dipaparkan secara gamblang. Ia lalu melanjutkan bahwa ia telah diblokir Shazia namun tindakan peretasannya terhadap Shazia masih belum lepas, sehingga bisa mengetahui aktivitas di ponsel sang korban peretasan termasuk riwayat kontrol menemui dokter kesehatan jiwa.

Tidak hanya terkejut oleh tindakan tercela pemuda di depannya kala itu, makin terkejut oleh Tiara mengetahui Shazia rupanya menjalani pengobatan dengan dokter kejiwaan. Sudah dipastikan ada banyak hal yang disembunyikan adik kelas masa SMA-nya itu selama ini. Belum lagi lanjut Arqam ungkapkan kecurigaan Shazia tidak lagi tinggal di rumah sepupu untuk memudahkan jarak pulang pergi ke rumah singgah, melainkan justru lakukan perjalanan jauh dengan kereta api.

Senyap untuk mereka bertiga kala itu di rumah Tiara-Usman demi mendengar penuturan Arqam--sambil sesekali bergantian salah satunya antara suami maupun istri melayani sang anak bermain. Menyesap minuman yang telah disuguhkan, ada sekitar beberapa detik mereka masih membeku oleh seluruh kejujuran Arqam. Kepada Tiara, Arqam kemudian memohon supaya membicarakan apa yang telah dibicarakan panjang lebar pada Shazia. Ia menyatakan kesungguhannya pada Shazia.

Setelah apa yang dipaparkan Arqam, Tiara dan Usman lantas menanyakan identitas dan latar belakang Arqam selain sebagai peretas. Mengetahui Arqam adalah santri yang kabur sudah lama, ia diminta menemui keluarga kandung terutama Umi dan Abi untuk meminta maaf dan berharap bisa menjalin interaksi kembali dengan keluarga kandung sendiri.

Namun Arqam kemudian mengaku telah kembali menjadi santri di sebuah pesantren khusus para pemuda bengal dan preman, Tiara dan Usman pun berangkat ke pesantren tersebut beberapa hari setelahnya. Arqam yang menuntun sepasang suami istri itu ke sana, membiarkan para ustad mengetahui apa yang telah dilakukannya atau apa yang terjadi antara dirinya dengan Shazia melalui Tiara dan Usman yang menerangkan secara bergantian. Hal yang sama dipinta para ustad sebagaimana Tiara dan Usman, supaya interaksi dengan keluarga kandung dijalin kembali demi menyeriusi sang korban peretasan--meski tanpa ada kasus ini pun tetap hubungan dengan keluarga kandung harus terjalin. Menanti bagaimana kabar hubungan Arqam dengan keluarga kandung, Tiara dan Usman mengatakan bersedia akan memberikan kabar terkait Shazia untuk mempertimbangkan tawaran mulia pemuda hacker itu.

Khalid, melalui sang ayah yang menjalin hubungan baik sebagai sahabat dengan pemilik pesantren tempat Arqam bertaubat, mengetahui demikian. Tatkala kafe sedang lengang, ia menghampiri sang sahabat yang tengah duduk di salah satu meja yang berada dekat koridor menuju musola. Dengan hati-hati membicarakan apa yang diketahuinya dari sang ayah. "Lu kok gak bilang sih kemah beberapa waktu lalu?"

Arqam yang ke sekian kali sedang menikmati roti berisi selai kacang merah terhenti sejenak aktivitas mengunyahnya demi menatap Khalid. Tidak perlu menanyakan darimana sahabatnya itu tahu, ia pikir bukan hal yang perlu ditanyakan selain saat ini menanti bagaimana proses Tiara bicara pada Shazia atas apa yang telah dipaparkannya.

Khalid berdecak, tidak ada deretan kata yang keluar dari lisan Arqam. Melihat roti berisi selai kacang merah, jahil ia bertanya, "apa roti kacang merah ini memang pengganti lu ngerokok?"

"Iya. Kan gua udah ngomong gitu ke elu!"

"Tapi lu pernah bilang ini kesukaan Umi elu!"

"Karena saat berpikir atau stres kan gua suka ngerokok, nah dah gua ganti dengan makan roti isi selai kacang merah kesukaan Umi biar perasaan mendingan karena jadi keinget Umi..."

"Apa dengan begitu lu merasa seolah-olah lagi adem karena keinget Umi elu?"

Lihat selengkapnya