Retas

Gia Oro
Chapter #6

HojichaLatte & Blueberry

BERKISAR satu bulan setelah karya itu dibaca, ia kembali membuka dan membaca kilat. Bibirnya tersimpul sebuah lengkungan, bersamaan dengan kelincahan jemari yang menari di layar ponsel. Seakan bertemu pujaan, ia merasa tidak menyangka akan bertemu sang korban peretasan. Memang ada rasa bersalah saat melihat wajah takut--namun dipaksakan dingin dan ketus--itu, tapi juga ada rasa gemas tersendiri yang disadari dalam diri terhadap gadis itu.

Adalah sebuah komentar salah seorang warganet yang kala itu belum dikenalnya telah memikatnya untuk mengunjungi akun pemilik komentar tersebut. Tiada satu pun foto yang menunjukkan sosok pemilik akun selain tidak sampai lima dan itu pun punggung dari seorang gadis berpakaian syar'i saja. Deretan postingan dan tulisan di fitur cerita pada akun berbagi foto tersebut lebih cenderung pada konten yang berisi tentang pencarian dan pemaknaan hidup. Hampir segala topik menjadi pemikiran mendalam bagi sang pemilik akun, bahkan hal demikian sudah dimulai sebelum menduduki bangku sekolah.

"Memang Ibuku mengajari agama. Tapi aneh kah bila aku bertanya, mengapa agama ada banyak, mengapa perempuan harus berjilbab, mengapa Nabi kita Nabi Muhammad tapi ada Nabi-Nabi sebelumnya, mengapa manusia dibagi menjadi laki-laki dan perempuan, dan mengapa-mengapa lainnya... Wajar kah bagi usiaku yang waktu itu belum masuk sekolah 'menemukan' pertanyaan-pertanyaan demikian dalam pikiran?"

Salah satu dari tulisan di fitur cerita berbunyi demikian, membuat sang peretas yang berkumis dan berjanggut tipis itu menyunggingkan bibir tipisnya, merasa baru kali itu menemukan manusia unik di zaman dengan di antara warganet yang kerap barbar mengomentari sesamanya di jagat maya. Gesekan di tiap relung pada batin pemuda itu satu per satu terjawab dari konten bernama pengguna HojichaLatte tersebut.

Selama ini dalam pandangannya, biasanya laki-laki yang memiliki ruang kritis di dalam benak, daripada perempuan yang dalam bilangan besar lebih cenderung untuk tidak pernah selesai mengurusi urusan rupa dan romansa. Tebersit 'say hello' melalui kotak pesan akun HojichaLatte tersebut atau sekadar mengirim sederet kalimat sapaan--atau mungkin akan berterima kasih atas segala tulisan di akun HojichaLatte itu yang telah menggugahnya, atau mungkin akan bertanya mengapa nama akun berisi pemaknaan hidup itu adalah sebuah minuman Jepang bernama Hojicha Latte. Namun alih-alih melakukan salah satunya, terdorong olehnya untuk memastikan kebenaran sang sosok pemilik akun, jemarinya justru menari menuju tindakan peretasan. Rupanya benar, pemilik akun itu bukanlah laki-laki. Tetapi ada hal yang lebih mengejutkan, pemilik akun tersebut memiliki akun lain yang tidak terduga dan sangat jauh begitu kontras dibandingkan dengan akun HojichaLatte.

Sebuah akun yang dikhususkan menjadi ruang pribadi. Bahkan bisa disebut sebagai diari. Segala emosi diidentifikasikan di sana dengan tiap gambar berupa buah Blueberry dengan warna yang kelam. Tidak mengikuti akun apa pun dan tidak diikuti akun siapa pun. Sempat terkejut, sebab tiap konten sungguh sangat bertolak belakang dengan akun sebelumnya yang cenderung seperti falsafah yang sangat bijak. Mengira adanya 'kemunafikan', namun kian diikuti postingan-postingan sampai ke postingan lama baik dari akun HojichaLatte yang 'falsafah' maupun akun Blueberry yang berkesah, ia melihat adanya kesesuaian.

Energi negatif dan energi positif. Yang seakan saling tarik menarik ingin mendominasi tahta jiwa sang pemilik akun.

Lihat selengkapnya