Raven berdiri tegak, tangan kirinya berkilauan oleh energi petir yang terus menyala. Makhluk besar ber armor gelap itu semakin dekat, matanya yang merah menyala seperti bara api. Pedang raksasa di tangannya menyeret tanah, meninggalkan bekas panjang di tanah.
"Ayo," gumam Raven sambil mengepalkan tangannya. Ini hanya game. Aku pernah menghadapi lawan yang lebih sulit dari ini.
Makhluk itu tiba-tiba melesat ke arah Raven dengan kecepatan yang tak terduga. Langkah beratnya mengguncang tanah, membuat Raven harus cepat menghindar.
“Cepat sekali!” serunya, melompat ke samping hanya beberapa detik sebelum pedang raksasa itu menghantam tanah, menciptakan kawah kecil.
Insting lamanya sebagai gamer profesional mengambil alih. Raven melancarkan serangan pertamanya. Dengan satu gerakan, dia mengarahkan tangan kirinya ke makhluk itu.
“Bolt Strike!”
Sambaran petir melesat dari tangannya, menyerang tubuh makhluk tersebut. Petir itu menghantam dada armor gelapnya dengan suara ledakan, membuat makhluk itu terdorong beberapa langkah ke belakang.
“Lumayan,” kata Raven, sedikit tersenyum puas. Tetapi senyumnya pudar saat dia melihat makhluk itu berdiri lagi tanpa luka yang signifikan.
“Ini akan memakan waktu lebih lama dari yang aku kira…” gumamnya.
Makhluk itu kembali menyerang, kali ini dengan kombinasi serangan cepat yang membuat Raven terpaksa terus menghindar. Setiap gerakan terasa lebih intens, lebih nyata dibanding game apa pun yang pernah dia mainkan. Napasnya mulai terengah-engah.
"Sial, ini bahkan terasa lebih melelahkan daripada turnamen dunia."
Sistem Kerja Sama Yang Ditolak
Di sela-sela pertarungan, sebuah pesan muncul di depan matanya:
"Anda kelelahan. Efisiensi gerakan berkurang 20%. Di sarankan mencari bantuan."