Return Of The Pro Gamer: Trapped In Eternal Dusk

Moh.Hardiyansah
Chapter #3

Langkah Awal Menjadi Sword Mage

Setelah kejadian di padang rumput luas, Raven memutuskan mencari tempat aman terlebih dahulu ,setelah berjalan selama beberapa jam akhirnya Raven menemukan tempat aman di sebuah reruntuhan kuno yang terletak di tengah dataran tinggi. Reruntuhan ini terbuka dengan langit biru membentang di atasnya, dikelilingi oleh angin lembut yang membawa aroma rumput segar. Tempat ini kosong, hanya dihiasi pilar-pilar batu yang sudah patah dan lantai mosaik yang sebagian besar tertutup lumut.  


Sebelum mencapai reruntuhan, Raven memperhatikan sesuatu di rerumputan tak jauh dari tempat pertempuran sebelumnya sebuah pedang sederhana yang tertancap di tanah. Mungkin milik petualang yang gagal atau tertinggal oleh seseorang. Pedang itu terlihat biasa saja, tanpa ukiran mewah atau hiasan. Namun, saat dia menariknya keluar, dia merasa pedang itu cukup seimbang di genggamannya.  


“Sepertinya aku memang butuh ini,” gumam Raven, memeriksa bilahnya yang agak kusam. 


Setelah nya Raven duduk di atas sebuah batu datar, dan memandangi pedang sederhana yang ia temukan dalam loot sebelumnya. Pedang itu tidak memiliki ukiran khusus, hanya bilah baja polos yang sedikit kusam. Meski begitu, pedang itu terasa seimbang di tangannya.  


“Di dunia nyata, aku selalu mengandalkan otak dan strategiku,” gumamnya, mengingat hari-harinya sebagai gamer. “Tapi di sini... tubuhku harus menjadi senjataku. Dan itu berarti aku harus menguasai pedang ini.”  


Namun, Raven tahu bahwa pedang saja tidak cukup. Sihir adalah keahliannya, dan dia harus belajar menggabungkan keduanya jika ingin bertahan lebih lama di dunia yang penuh bahaya ini.  



Latihan Awal: Menyesuaikan Tubuh  

Di bawah matahari sore yang hangat, Raven berdiri di tengah reruntuhan. Dia menggenggam pedang dengan kedua tangan, mengingat kembali semua teknik bertarung yang pernah dia pelajari dari game VR.  


Namun, teori saja tidak cukup. Ketika dia mencoba melakukan ayunan pertama, gerakannya terlalu kaku. Dia hampir kehilangan keseimbangan saat melangkah maju.  


“Fokus, Raven,” gumamnya, membetulkan postur tubuhnya.  


Dia mulai dari dasar. Ayunan vertikal, horizontal, dan diagonal. Setiap gerakan diulang puluhan kali hingga tubuhnya mulai memahami pola gerakan itu. Meskipun awalnya terasa berat, dia perlahan menemukan ritme.  


“Gerakan harus lebih cepat dan halus,” gumamnya sambil terus berlatih.  


Setiap malam, dia juga melatih tubuhnya untuk meningkatkan kekuatan dan stamina. Push-up, sit-up, dan latihan lain yang dia ingat dari dunia nyata dia lakukan dengan tekun. Meskipun rasa lelah sering menghampirinya, dia tahu itu satu-satunya cara untuk bertahan di dunia ini.  

Lihat selengkapnya