Return Of The Pro Gamer: Trapped In Eternal Dusk

Moh.Hardiyansah
Chapter #7

Kekuatan Yang Terungkap

Raven menatap Ashen Pass di depan matanya, sebuah jalur sempit yang dikelilingi tebing batu tinggi. Udara di sana terasa dingin dan menekan, tetapi di dalam hatinya, tekadnya semakin kuat. Pedang yang dibelinya masih terasa ringan di tangannya, meskipun tidak sebanding dengan senjata sejati yang pernah dia impikan.

“Jika saya bisa mengalahkan golem itu, maka saya pasti bisa menghadapi apapun yang ada di depan,” gumamnya.

Luna yang berjalan di sampingnya menatapnya dengan penuh perhatian, meski tidak sepenuhnya tahu apa yang tengah dipikirkan Raven. Ia tahu bahwa Raven membawa sebuah misi besar, namun masih banyak misteri yang mengelilinginya.

“Raven, hati-hati. Tempat ini berbahaya.” Luna memperingatkan. “Kita harus hati-hati dengan segala sesuatu yang ada di sekitar sini.”

Raven tersenyum, sedikit mengangguk, namun matanya tetap fokus pada jalur yang terbentang di hadapannya. “Tenang saja, Luna. Aku siap untuk apapun yang ada di sini.”

Mereka melangkah semakin dalam ke Ashen Pass, tapi saat mereka melewati sebuah celah sempit, terdengar suara gemuruh yang mengguncang tanah di bawah kaki mereka. Golem besar, yang lebih besar dari yang pernah mereka hadapi sebelumnya, muncul dari balik batu-batu besar, menatap mereka dengan mata merah menyala. Suaranya bergemuruh seperti petir saat ia mengangkat tangan besar, siap menghancurkan mereka.

Luna mundur sejenak, keringat dingin membasahi dahinya. “Raven, ini ... ini lebih kuat dari sebelumnya!”

Raven menatap golem itu dengan tenang. Meski dia sudah terbiasa menghadapi ancaman besar, kali ini ada sesuatu yang terasa berbeda. Tanpa pedang kuat, dia hanya mengandalkan pedang murah yang dia beli di desa, yang sepertinya tidak akan mampu menahan serangan makhluk raksasa itu.

“Luna,” kata Raven dengan suara rendah, “Kau harus mundur lebih jauh.”

“Apa yang akan kamu lakukan?” Luna bertanya, matanya penuh kekhawatiran.

Raven tidak menjawab, dia mengaktifkan sihir petirnya. Listrik berkelip di sekitar tubuhnya, bersiap untuk dilepaskan. Namun, dia tahu bahwa tanpa alat yang tepat, sihir petir saja tidak akan cukup.

Golem itu menyerang dengan brutal, tangannya yang besar menghantam ke tanah, membuat tanah berguncang. Raven berlari dengan cepat, melompat menghindari serangan, namun pada saat itu, pandangannya tertuju pada satu titik: kristal biru yang bersinar di dada golem.

Tapi, untuk mencapai kristal itu, dia harus melewati serangan golem yang terus datang tanpa henti. Hanya satu jalan yang ada, dan itu sangat berisiko.

Luna yang menyaksikan gerakan Raven mulai memahami sesuatu. “Raven, tunggu!” serunya, namun terlambat.

Raven sudah mengambil keputusan. Dengan kelincahan yang tak terduga, dia melompat ke udara, menghindari serangan golem dengan kecepatan luar biasa. Namun kali ini, Raven melakukan sesuatu yang luar biasa. Sambil melayang di udara, dia mengumpulkan energi sihir petir yang sangat kuat, lalu mengalirkannya ke pedangnya, memadukan sihir dengan kekuatan fisik.

Dengan satu gerakan cepat, pedang itu menghantam kristal biru di dada golem.

Krak!

Kristal itu hancur dalam ledakan cahaya biru terang, dan golem raksasa itu terhenti seketika, tubuhnya runtuh menjadi tumpukan batu yang tak berguna.

Raven jatuh ke tanah, terengah-engah. Pedang murah yang dia miliki kini hancur total, hanya menyisakan gagang. Namun, di antara puing-puing tubuh golem, kristal biru yang hancur itu tetap memancarkan cahaya cemerlang.

Luna berdiri ternganga, matanya melebar saat melihat apa yang baru saja terjadi. Ia belum pernah menyaksikan kemampuan seperti itu. Dengan cemas, dia berlari menghampiri Raven.

“Apa yang ... Apa yang baru saja kamu lakukan?” Luna bertanya dengan suara tercengang.

Raven tersenyum, meskipun terlihat lelah. “Aku baru saja menggabungkan sihir dan pedang. Itu adalah salah satu cara yang aku pelajari. Sihir petirku bisa membuat pedangku lebih kuat, dan pedangku bisa memberi bentuk fisik untuk sihir itu.”

Lihat selengkapnya