Nadya tersenyum bangga dengan hasil nilai yang diberikan pak Son kepadanya. Semua itu berkat Revan yang membantunya semalam. Revan telah menyelamatkannya, meskipun memang hampir secara keseluruhan Revan yang mengerjakan tugasnya. Dan hari ini dia berniat untuk mentraktir Revan sebagai ungkapan terimakasihnya.
Revan
Thanks. Berkat lo gue dapet nilai 8.
Btw gue traktir lo makan di kantin mau?
Kalau lo mau, lo bisa susul gue di kantin.
Setelah mengirim pesan ke Revan, Nadya memesan bakso yang selalu menemaninya disaat jam istirahat kedua.
Semenjak Vini pacaran sama Elvan, Nadya lebih sering pergi ke kantin sendirian. Karena mereka lebih memilih berpacaran di kelas dibanding pergi ke kantin saat jam istirahat kedua. Safira juga lebih banyak malasnya kalau diajak pergi ke kantin. Kalau beruntung dia bisa ketemu Liana, tapi Liana termasuk gadis yang mager, dia lebih suka nitip ke teman kelasnya daripada harus pergi ke kantin.
Yah namanya juga efek jomblo jadi Nadya mau gak mau ya harus sendirian.
"Hai, Nadya." Tegur seorang cowok yang berdiri dihadapannya saat ini.
Nadya mengangkat kepalanya, menatap seorang cowok yang menyapanya barusan dari atas sampai bawah dengan tanda tanya. Seperti familiar dengan cowok ini, kedua matanya sekarang berhenti di name tag yang tertera pada seragam cowok itu. Rama.
"Lo Nadya kan? Anak kelas X?" Tanyanya.
"I..Iya.. Kakak, anak osis itu ya?" Tanya Nadya balik.
Cowok itu sekarang duduk di hadapan Nadya dengan menarik sedikit bibirnya, senyum yang manis.
"Gue Rama."
"Temannya kak Elvan ya?"
Rama mengangguk, "gue mau kenalan sama lo boleh?" Tanyanya langsung tanpa basa basi.
"Emang kalau mau kenalan harus ijin dulu ya kak?" Tanya Nadya polos.
Rama tertawa, gadis ini lucu sekali. Apalagi ekspresinya saat bingung, begitu menggemaskan. Ingin rasanya dibawa pulang dan diformalin terus taruh di dalam kamar supaya Rama bisa melihatnya setiap hari.
"Kalau gue minta nomor lo boleh?" Rama mengambil ponselnya dari saku celananya, "gue harus segera balik ke ruangan osis soalnya." Rama menyodorkan ponselnya ke Nadya.
Nadya tidak menjawab, dia menatap Rama sebentar, lalu mengambil ponsel Rama dan mencatat nomornya, setelah itu dia mengembalikan kembali ke Rama.
"Oke. Seneng bisa kenal sama lo. Gue duluan gapapa kan?"
Nadya hanya mengangguk, "sampai ketemu lagi." Pamit Rama sambil beranjak dari kursinya dan melangkahkan kakinya keluar dari kantin.
Nadya masih terdiam bingung, dan dia masih tak menyangka kalau ada cowok yang mau berkenalan dengannya. Apalagi ini Rama, kakak osis yang tak kalah menarik dari ketua osis di sekolah Nadya. Benar-benar suatu keberuntungan untuk Nadya. Padahal dia pesimis sekali dari awal masuk sekolah kalau tak akan ada cowok yang mau mendekatinya, mengingat dulu betapa cupunya dia waktu SMP.
Sebenarnya buka cupu, hanya saja mungkin belum masuk pada masa pubernya. Tapi sekarang, dia menjalani kehidupan sebagai anak SMA bukan anak SMP lagi. Pasti perlahan akan ada perubahan sedikit demi sedikit yang nantinya akan Nadya alami.
Beberapa detik kemudian Nadya tersadar dari lamunannya, kini pikirannya kembali ke Revan. Sepertinya dia sudah terlalu lama berada di kantin, bakso yang ada di mangkuknya sampai tak tersisa. Dan Revan, juga tak kunjung datang untuk menemuinya. Mungkin Revan memang gak mau makan bersama Nadya di kantin. Nadya memutuskan untuk kembali ke kelasnya, karena sebentar lagi bel pelajaran terakhir akan berbunyi.
*****
Nadya lupa, hari ini Karin tak bisa menjemputnya karena harus mengantarkan mamanya untuk check up. Dalam hatinya dia hanya bergerutu ria sambil membaca pesan yang baru saja dikirim oleh kakaknya itu. Kesal, kalau tau begini Nadya memilih membawa motor sendiri meskipun tanpa Vini. Daripada meminta tolong Karin untuk mengantarnya pergi sekolah yang berujung kebingungan disaat mau pulang seperti ini.
"Nad, lo belum pulang?" Tanya Vini yang baru saja keluar dari parkiran bersama Elvan dan vespa kesayangannya.
"Gue lupa kak Karin nganterin mama check up." Nadya memasukkan ponselnya kembali ke saku, "oh iya, temen kak Elvan itu Rama ya namanya?" Tanya Nadya.
"Iya. Dia ngehubungin lo?"
Nadya menggeleng, "tadi ketemu gue di kantin, boro-boro ngehubungin gue, minta nomor gue aja baru tadi."
"Loh? Dia minta nomor lo langsung? Padahal kemaren udah gue kasih, gue mintain ke Vini." Vini hanya mengacungkan dua jarinya sambil memamerkan sederet gigi putihnya.
"serius? Kalau udah punya ngapain minta gue lagi?"