Hari ini SMA Garuda kedatangan para murid baru kelas X. Mereka semua berbondong-bondong masuk ke kelas masing-masing setelah mencari nama-nama mereka yang tertempel di papan pengumuman. Begitu antusiasnya mereka memulai hari barunya sebagai murid kelas X. Melepas seragam biru putihnya dan menggantinya dengan putih abu-abu. Bukankah masa putih abu-abu memang terbilang cukup menyenangkan untuk dilewati?
Seorang gadis cantik dengan rambut dikuncir satu keatas dan sedikit ikal ini berlari menuju papan pengumuman bersama temannya. Namanya Nadya, sang pemeran utama dalam cerita ini. Nadya mencari namanya di beberapa kelas yang tercantum di papan pengumuman sambil sedikit berdesak-desakan. Tubuhnya yang mungil membuatnya sedikit terhimpit dari beberapa siswa yang lebih besar darinya.
Tiba-tiba jari telunjuknya berhenti di kertas kedua dari ujung kiri, "Gue di X-2, lo dimana?" Tanya Nadya.
Liana masih mencari namanya di beberapa kertas yang tertempel, beberapa saat kemudian telunjuknya berhenti di kertas yang tertempel hampir paling ujung. "Ah X-7, jauh banget." Liana membuang napasnya dengan gusar.
Nadya menariknya keluar dari keramaian di sekitar papan pengumuman, berlama-lama ada disitu membuat tubuhnya akan semakin tambah mengecil. "Yah kita gak sekelas dong." Ungkapnya dengan raut wajah yang sedikit kecewa.
"Gapapalah, masa mau sekelas mulu sih. Kan entar bisa ketemu pas istirahat." Liana tersenyum sambil merangkul bahu Nadya, "Yaudah ke kelas yuk." Ajaknya.
Liana melepaskan rangkulannya, langkah kakinya berjalan mendahului Nadya. Nadya berlari kecil untuk menjajarkan langkah kakinya dengan Liana. Mereka terpisah di persimpangan lorong lab bahasa, karena kelas X-1 sampe X-5 ada di sebelah kanan lab, sedangkan kelas X-6 sampe X-10 ada di sebelah kiri lab. Setelah adegan saling melambaikan tangan dengan niat berpamitan, mereka berdua melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam kelas dengan arah yang berbeda.
Nadya masuk ke dalam kelasnya, sepi, terlihat dari bangku-bangku kosong yang masih beberapa saja terisi para siswa. Nadya penasaran, seperti apa teman-teman kelasnya nanti. Dia melirik jam tangannya, setengah jam lagi pelajaran pertama akan dimulai. Nadya mulai mengedarkan pandangannya di sekitar, mencari bangku yang menurutnya bisa nyaman untuk dia tempati. Sesaat kemudian kedua matanya menatap satu gadis yang duduk di bangku tengah nomor dua dari depan, gadis yang sepertinya begitu familiar untuk Nadya.
Nadya berjalan mendekatinya, "hai, Vini." Sapanya.
Vini mengangkat kepalanya, menatap gadis yang baru saja menyapanya. "Nadya." Sapa Vini balik.
"Seneng ada temen yang gue kenal disini," Nadya menghela napas lega. "Gue pikir bakal asing sama temen-temen di kelas ini."
Vini tersenyum simpul, dia memang mengenal Nadya karena dulunya mereka berada di sekolah yang sama waktu SMP. Rumah mereka pun juga berdekatan, hanya berjarak kurang lebih dua ratus meter. Ya bisa dibilang mereka itu sebenarnya tetanggaan, hanya saja mereka bukan teman dekat.
"Yaudah lo duduk sini aja sama gue." Vini menawarkan diri.
"Boleh." Nadya meletakkan tasnya di atas meja, lalu dia melepas jaketnya dan menyimpannya di kolong meja. "Udah jam segini kok masih sepi ya?" Tanyanya.
"Entar lagi juga pada barengan datangnya."
Belum ada semenit Vini berbicara, siswa-siswa yang akan menjadi temen kelasnya mulai datang bebarengan memenuhi bangku-bangku yang masih kosong di kelas ini. Mereka mulai saling berkenalan dan berbincang-bincang satu sama lain.
Begitu juga Nadya dan Vini yang saling berkenalan dengan teman baru mereka, beberapa dari mereka ada yang satu sekolah dulunya waktu SMP, beberapa juga ada yang dari luar kota. Kelas yang awalnya sepi sekarang sudah mulai ramai dengan canda tawa mereka.
Suara langkah kaki yang begitu keras terdengar mengarah ke kelas X-2, membuat mereka semua melempar pandangan ke satu arah secara bersamaan. Lelaki separuh baya masuk ke kelas mereka, tangan kirinya membawa beberapa buku besar yang tidak terlalu tebal sedangkan tangan kanannya membetulkan letak kacamatanya yang melorot.
"Selamat pagi anak-anak." Sapa Pak Samsul sambil meletakkan buku-buku yang dipegangnya tadi di atas meja.
"Selamat pagi pak."
"Selamat datang di SMA Garuda sebagai siswa baru kelas X. Perkenalkan saya Pak Samsul, guru bahasa Indonesia sekaligus wali kelas di kelas ini. Jadi nanti kalau ada yang mau berkonsultasi atau yang terkait dengan kelas kita ini, kalian bisa menghubungi saya." Pak Samsul menuliskan nomornya di papan tulis.
"Selanjutnya saya ingin berkenalan dulu dengan masing-masing siswa di kelas ini sebelum pembagian jadwal piket, jadwal pelajaran dan susunan kepengurusan kelas." Kedua matanya menyapu area kelas dari ujung kiri depan ke belakang sampai ujung kanan depan ke belakang. "Silahkan yang paling ujung depan sebelah kanan bisa maju duluan untuk memperkenalkan diri. Nanti dilanjut sampingnya begitu seterusnya sampai belakang ya." Tunjuk Pak Samsul mempersilahkan diri.
Kebetulan bangku yang paling kanan terisi oleh siswa laki-laki semua, karena kebanyakan siswa laki-laki membuat satu baris ke belakang untuk menjadi tempat duduk mereka. Secara bergantian, siswa laki-laki mulai maju ke depan untuk memperkenalkan dirinya.
Tokk..tokk..tokk.. Ketukan pintu dari luar membuat mereka menghentikan aktifitas dan menoleh ke arah pintu. Terlihat seorang cowok yang sedang berdiri di ambang pintu, dengan wajah yang tak berdosa dia masuk dan berjalan ke arah Pak Samsul.
"Permisi pak. Maaf terlambat."