REVENGE

Scha Noire
Chapter #3

Once In The Blue Moon

Ruangan putih berbau khas obat-obatan, dengan lampu terang yang menyoroti seorang pemuda dengan perban yang sedang berbaring dengan wajah mengernyit merasakan pening di kepalanya.

“Kau hutang penjelasan denganku.”

Netra biru sang pemuda membulat saat mendengar suara tegas dan berkuasa di sebelahnya, disana Matteo terduduk dengan wajah datar siap menginterogasinya secara mendadak.

“T-tuan Sanchez,” cicitnya pelan. Pemuda bernama Dean itu membenarkan posisi tidurnya menjadi bersandar di sandaran kasur. Dengan takut-takut ia melirik pria rupawan tersebut.

“Apa benar, adikmu menjadi jaminan agar kau melakukan perintah Renan?” Tubuh Dean nampak menegang, ekspresinya berubah kaku mendengar kata 'adik'. Ia menurunkan pandangannya sesaat, ia takut adiknya akan diperlakukan tak pantas dengan kelompok Renan.

“Benar, Tuan Sanchez. Tuan Eduardo mengancam saya. Saya tahu ini tidak sopan dan tidak tahu malu, tolong selamatkan adik saya, Tuan Sanchez,” pintanya dengan mata yang berkaca-kaca.

Saat menatap mata penuh kesedihan tersebut, Matteo menghela nafas pelan. Pria bernetra abu tersebut menyatukan kedua tangannya, membuka kedua belah bibirnya mengatakan hal mustahil. “Baiklah, akan aku bantu.”

Dean dengan perasaan membuncah berteriak senang dalam hati, tanpa sadar sudah menitikan air matanya. “Terima kasih, Tuan Sanchez.” Pemuda itu bahkan kini sudah bangkit dari duduknya dan bersujud di kaki Matteo. Matteo menghela nafas pelan, tangan kekarnya menepuk punggung pemuda itu yang masih menangis tersendu-sendu.

“Bangunlah,” ucapnya berusaha menegakkan tubuh pemuda itu. Dean mengusap kedua matanya yang berderai air mata dan mengangguk kecil, sebelum kembali naik ke ranjang.

“Jika kau ingin aku menyelamatkannya, setidaknya kau harus memberitahu lokasi persembunyian Renan. Mungkin gudang miliknya atau properti lain miliknya?”

Dean mengangguk kecil. “Saya tahu beberapa lokasi penting. Gudang penyimpanan, mansion dan beberapa tempat hiburan milik Tuan Eduardo,” Netra birunya bergulir menatap pria bersurai hitam legam tersebut.

Matteo hanya terdiam, bersiap menyerap semua informasi baru di otaknya. “Aku berjanji akan menyelamatkannya secepat mungkin. Sekarang beritahu lokasi semua gudang penyimpanan Renan yang kau ketahui.”

Dean menarik napas dalam-dalam, berusaha mengendalikan kepanikan yang melanda. Ia memejamkan mata sejenak, mencoba mengingat lokasi-lokasi yang terlintas di pikirannya.

“Gudang penyimpanan yang berada di pinggiran kota, biasanya digunakan untuk menyimpan senjata curian.” Matteo mendengarkan dalam diam, gudang yang dimaksud itu gudang yang diselidiki bawahannya, Alves.

“Apa benar sistem keamanannya lemah di bagian barat?”

Dean membulatkan mata terkejut. “Anda tahu? Benar, Tuan Sanchez. Terutama di tengah malam, para penjaga itu sering kali tertidur akibat alkohol. Namun, Tuan Eduardo tidak tahu itu.”

“Bodohnya,” cemooh Matteo. Mengingat betapa bodohnya Renan terlalu mempercayai para bawahannya tersebut, mereka bahkan melakukan pekerjaan dengan setengah hati.

Lihat selengkapnya