REVENGE

Scha Noire
Chapter #6

Renan's Weakness

Matteo menatap tumpukan berkas di meja kerjanya, fokus pada tanda tangannya yang rapi tercetak di setiap kertas laporan. Sudah terhitung lima hari berlalu sejak misi membakar gudang penyimpanan milik Renan dan merebut kembali senjata.

Belum lagi, dua hari yang lalu Renan mencoba balas dendam dengan membom truk ekspedisi dan gudang penyimpanan miliknya. Meski sukses mengagalkan aksi mereka yang mencoba menghancurkan gudang penyimpanan, belasan anak buahnya harus meregang nyawa di jalur distribusi. Sampai saat ini, ketegangan masih terasa, entah mengapa firasatnya mengatakan Renan pasti merencanakan hal lainnya untuk menghancurkannya lagi.

Vincente berdiri di sudut ruangan, gelisah. Ia ingin menyampaikan informasi penting mengenai wanita yang menjadi kelemahan Renan, namun ia takut mengganggu Matteo yang tampak begitu terbenam dalam pekerjaannya. “Tuan Sanchez.” Ia akhirnya mencoba memecah keheningan.

Matteo mengangkat wajahnya, matanya berkilat tajam. “Apa yang ingin kau katakan, Vincente?”

Dengan hati-hati, Vincente melangkah mendekat. “Ini tentang wanita itu. Saya rasa, informasi ini penting dan bisa berdampak besar bagi rencana kita selanjutnya.”

Matteo menghela napas, menimbang antara pekerjaan dan ancaman yang mungkin mengintai. “Baiklah, katakan.”

Vincente menyusun kata-katanya. “Dia bukan hanya sekadar kelemahan bagi Tuan Eduardo. Lebih dari itu—dia bisa jadi kunci untuk mengambil alih kendali.”

Matteo menumpukan dagunya pada telapak tangannya. “Sepenting itukah wanita itu?” tanya Matteo. Fokusnya kini teralih penuh pada Vincente yang bersiap menyampaikan informasi.

“Benar, nampaknya Tuan Eduardo sangat bergantung dengan wanita itu,” tuturnya menggaruk lehernya yang tak gatal. Netranya bahkan tak fokus mencoba beralih kesana-kemari. Matteo berdecak pelan, bersandar pada kursi kebanggaannya.

“Kenapa kau tampak ragu? Kau serius menyelidikinya atau kau mengambil kesimpulan berdasarkan gosip yang beredar saja?” tegur Matteo malas.

Vincente menggelengkan kepalanya cepat, mencoba meyakinkan tuannya itu. “Tidak, saya benar-benar sudah menyelidikinya. Hanya saja, ini sedikit err— Ini mungkin aneh, tapi saya harap Anda mempercayainya.”

Matteo hanya diam menunggu pria bersurai cokelat muda itu melanjutkan ucapannya. “Sepertinya Tuan Eduardo terobsesi dengan wanita itu,” bisik Vincente pelan. Vincente kembali diam dengan wajah dan telinga yang memerah.

Sebenarnya pria itu kenapa?!

“Kenapa wajahmu merah begitu, kau ini sebenarnya kenapa?” sindir Matteo kesal.

“Ugh, s-s-saya baik-baik saja,” ucap Vincente gelagapan. Dia berdeham pelan mencoba menetralkan raut wajahnya. Walau tangannya nampak tak bisa diam berayun-ayun. Tingkah anehnya membuat Matteo semakin jengkel, pria ini sebenarnya gelisah karena apa?

“Saya hanya tidak menyangka hal seperti itu terjadi di dunia nyata!” serunya, “tidak, m-maksud sa-saya arghh!” lanjutnya heboh sendiri. Dirinya bahkan menutup wajah memerahnya dengan telapak tangannya, mencoba menghalangi pandangan tajam Matteo yang menusuk hingga ke jiwanya.

“Kau ini kenapa?! Jangan bertele-tele!” ketus Matteo bertambah kesal, karena pria itu tidak melanjutkan ucapannya.

“Ini seperti novel dewasa yang saya baca kemarin! Tentang obsesi cinta,” gumamnya. Dengan perasaan malu, Vincente membalikkan badannya seraya menepuk-nepuk dadanya sendiri dan menggelengkan kepalanya berkali-kali.

Lihat selengkapnya