Revenge In Love

AgathaQuiin20
Chapter #1

Revenge-01

"Jadi kasusnya sudah sampai mana?" tanya perempuan berusia delapan belas tahun itu dengan nada dinginnya.


Semua orang menunduk patuh dan tidak ada satu orang pun yang berani mengangkat wajahnya. Hanya untuk melihat manik coklat mana perempuan itu. Tatapannya sangat mengintimidasi dan bahkan lewat tatapannya saja, mampu membuat siapapun takut dan menekuk lututnya.


"Saya--"


"Harus kembali ke paud dulu ya baru bisa bicara lancar." cibirnya.


Orang itu mengusap keringat di dahinya dengan sapu tangan putih miliknya. Setelah itu melangkah satu langkah, dan memberanikan diri untuk menatap perempuan itu.


Mulailah, orang itu menceritakan apa yang terjadi. Dari seseorang yang tidur di brankar dengan menutup mata dengan keadaan yang mengenaskan.


Kasus bullying di Ibukota memang sudah ditindak lanjuti. Tapi tetap saja setiap sekolah masih ada seseorang yang berlagak macam Bos dan berkuasa. Bahkan pemerintah juga sudah turun tangan atas kasus ini, banyak siswa atau mahasiswa yang sudah ditangkap dan ditangani atas kasus ini.


Dan sekarang seorang perempuan yang bernama Galiena Almira Frederica, tengah terbaring lemah tak berdaya saat salah satu murid membullynya habis-habisan. Bahkan tanpa memberi ampun sedikitpun. Itu sebabnya keluarga Edward memanggil saudara kembarnya yang berada di Kanada. Galenka Angelina Franca.


Perempuan yang memiliki sikap dingin dan tak tersentuh itu, harus menyamar dan menyelamatkan pendidikan adiknya. Secara umur tentu saja mereka berbeda, tapi secara hidup mereka tidak sama. Galenka lebih memilih hidup di luar negeri, dengan hidup yang disiplin dan juga hidup yang keras. Sedangkan Galiena dia hidup bersama dengan kedua orang tuanya, dengan sikap yang gampang sekali mengalah dengan orang lain. Apalagi Galenka tahu jika Galiena memiliki sikap tidak enakan dengan orang lain. Berbeda dengan Galenka, jangankan enakan sekali dia tidak suka, maka dia akan tetap tidak suka dan menolaknya.


"Berapa bulan?"


"Dua bulan yang lalu." jawabnya dengan bibir yang bergetar.


Galenka mengangguk, dia meminta seragam milik Galiena dan juga peralatan apa saja yang dipakai Galiena saat sekolah. Sedangkan pendidikan Galenka saja sudah selesai empat bulan yang lalu.


"Dulu suruh ke Kanada aja nggak mau. Tau gini kan udah lulus sejak empat bulan yang lalu. Sekarang malah kena kasus bullying." dumel Galenka kesal.


Perempuan itu menatap satu persatu alat yang digunakan Galiena setiap hari. Dari kacamata, tas berwarna abu-abu dan juga kunciran rambut yang biasa dia pakai.


"Oh sial!! Apa dia memintaku untuk menjadi nerd?" umpat Galenka kesal saat melihat kunciran dan juga kacamata milik Galiena.


"Tapi ini yang dipakai Nona Galiena setiap hari, Nona Galenka."


"Mobilnya?" tanya Galenka memicing. Berharap jika saudara kembarnya ini juga menggunakan mobil yang mewah seperti miliknya.


Pengawal itu menjelaskan jika Galiena tidak pernah menggunakan mobil saat pergi ke sekolah. Selama sekolah, Galiena selalu diantar oleh supir rumahnya. Dan kemanapun Galiena pergi, selalu saja membawa supir.


Galenka mendengus kesal dan meminta pengawal itu untuk membelikan satu mobil mewah untuknya. Jika tidak ada mobil mewah Galenka tidak akan mau pergi ke sekolah milik adiknya itu, apalagi harus menggunakan supir yang entah kenapa Galenka sangat malas sekali melihat wajah supir.


"Lenka.., kamu mau mobil apa? Mending koleksi mobil kamu di Kanada kamu bawa pulang." tanya Alexis Gabrio Edward. Kakak tertua Galenka dan juga Galiena.


Galenka hanya melirik saja tanpa mau menjawab. Mana mungkin Galenka mau mengambil mobil koleksinya yang ada di Kanada. Lebih baik dia beli saja di sini, dan nanti saat Galenka kembali ke Kanada mobil itu bisa dipakai oleh Galiena.


"Beli aja yang baru. Nggak mau yang lama, bosan." ucap Galenka dengan nada dinginnya.


Alexis hanya geleng kepala dan meminta Galenka menyebut mobil apa yang dia inginkan. Tentu saja perempuan itu memilih satu mobil dengan harga yang fantastis.


"Lamborghini Huracan. Harus sudah ada besok pagi di depan rumah!!"


Alexis melongo mendengar ucapan Galenka. Dia pun mengorek telinga kanannya, dan berharap jika dia salah dengar dan meminta Galenka untuk mengulanginya lagi.


"Warna putih!!"


Sekali lagi Alexis hanya mampu melongo. Apalagi saat perempuan itu nyelonong pergi dari sampingnya. Seolah dia tidak ingin mengulangi lagi ucapannya.


"Lenka..," teriak Alexis dan nyatanya perempuan itu sama sekali tidak menoleh ke arahnya.


Lihat selengkapnya