Untuk menjalankan aksinya, Edsel membawa satu kotak coklat ke sekolah. Menurut informasi perempuan yang dia cari bernama Galiena Almira Federica. Kelasnya berada di lantai tiga dekat dengan lab komputer. Itu tandanya berseberangan dengan kelas Edsel, yang dekat dengan ruangan musik.
Lelaki itu langsung menuju kelas perempuan itu, dan menatap sekeliling. Tampak ramai apalagi saat tahu Edsel datang ke kelas.
"Mejanya Galiena mana?" tanya Edsel celingukan.
Tentu saja semua orang langsung menatap Edsel tidak percaya. Apa iya lelaki yang saat ini berdiri di depannya, dengan mencari perempuan yang bernama Galiena? Perempuan yang selalu di bully oleh team Olesia dan juga beberapa murid sekolah disini juga.
"Nggak ada yang jawab? Bisu apa?" ketus Edsel kembali.
Karena ketakutan, apalagi lelaki itu memiliki titel yang tinggi. Salah satu penghuni kelas ini, langsung menunjuk meja deretan nomor tiga, dekat dengan pintu kelas ini. Edsel langsung tersenyum dan langsung berjalan cepat ke meja perempuan itu. Jangan sampai saat Edsel memberikan coklat itu dan Galiena tahu.
Tapi sayangnya pemilik meja ini terburu datang dan melihat aksi Edsel.
"Ngapain di meja aku?" ucapan dingin dan datar itu membuat Edsel, dan beberapa penghuni kelas ini langsung menoleh. Ditatapnya Edsel dengan mata memicing, lalu pandangan Galiena terarah pada bingkisan coklat diatas meja nya. "Minggir mau duduk!!" ucapnya ketus.
Edsel yang memiliki sifat dingin terhadap banyak perempuan di sekolah ini pun tersenyum. Menggeser tempatnya berdiri dan membiarkan Galenka untuk duduk di kursinya.
"Selamat pagi…," sapa Edsel dan tersenyum begitu manis. Seolah senyum Edsel mampu membuat Galenka suka padanya. Yang ada satu kelas ini yang meleleh dan pingsan karena senyum Edsel. "Tadi pagi aku mampir ke minimarket, cuma mau beliin coklat buat kamu." ujarnya mencoba mengakrabkan diri.
"Dalam rangka apa? Valentine?"
Edsel menggeleng, tidak dalam rangka apapun. Dia hanya ingin membersihkan Galenka coklat saja sebagai tanpa pertemanan. Jika hari ini juga Edsel ingin berteman dengan Galenka.
Tentu saja alis Galenka terangkat satu. Dia pun menatap Edsel dengan serius. Mungkin jika itu Galiena, sudah dipastikan jika perempuan itu akan senang luar biasa. Tapi sayang ya ini adalah Galenka, dimana dia tidak suka dengan lelaki yang ada di depannya. Tapi bagaimana cara dia menolak? Bukannya jika dia sekarang menyamar sebagai Galiena? Dimana perempuan itu cinta mati dengan Edsel?
Tangan Galenka terulur untuk mengambil coklat itu, lalu menyimpannya di dalam tas. "Terima kasih. Lain kali jangan cuma ngasih dua coklat aja. Tau kan satu kelas isinya berapa anak? Semuanya harus dikasih, biar adil." ucapnya.
Edsel tersenyum terpaksa, mana mungkin dia mau memberikan satu kelas ini coklat. Yang ada duitnya akan habis, walaupun setiap satu minggu sekali dia selalu mendapat jatah dari kedua orang tuanya. Belum lagi abangnya yang banyak duit itu, bisa dimanfaatkan jika dia ingin.
"Gampang, yang penting kan kamu bukan yang lain."
Galenka memutar bola matanya malas. Dia pun mengusir Edsel untuk pergi dari kelasnya. Lagian suara lonceng sekolah juga sudah berbunyi, tanda jika pelajaran akan segera dimulai. Dan tidak mungkin juga Galenka akan membiarkanmu Edsel berada di kelas yang sama dengan dirinya.
Melihat kepergian Edsel, Galenka mengambil kedua coklatnya lalu dia berikan pas Zahra. Bukannya tidak suka, sungguh semua wanita paling suka dengan coklat. Tapi tidak untuk Galenka, perempuan itu memiliki alergi dengan coklat apapun bentuk ya, selezat apapun coklatnya yang namanya alergi ya tetap saja dia tidak bisa menikmati coklat itu dengan enak.
"Liena kamu serius, kasih coklat ini ke aku? Ini dari Edsel loh…," ucap Zahra memastikan. Dia menatap coklat ini dengan tidak percaya, dia mendapat coklat dari Edsel walaupun Galiena pemiliknya.
"Yakin. Kalau nggak mau kasih yang lain aja."
Mana mungkin Zahra langsung menyimpan coklat itu dalam tas nya. Lalu menatap Galenka aneh, tentu saja tatapan itu langsung membuat Galenka menatap Taquilla garang.
"Apa? Kenapa liatin aku kayak gitu?" ucap Galenka kesal.
"Aku masih nggak percaya aja sama kamu. Bisa dibilang itu adalah makanan pertama kali Edsel kasih ke kamu. Dan kamu malah kasih ke aku, dan lagi.., kamu itu pecinta coklat dan sekarang..,"
"Sekali bilang, aku tebas leher kamu!!" ancam Galenka dan membuat Zahra diam.
Tak lama guru pun datang dan langsung meminta semua anak untuk membuka buku tebal mereka. Jujur saja ini adalah hal yang paling membosankan untuk Galenka yang mengulang pelajarannya. Hingga akhirnya Galenka mengangkat tangannya ke udara, sehingga membuat guru itu langsung menoleh ke arahnya.
"Iya Galiena ada masalah?" ucap guru itu dan menutup buku tebalnya.
Galenka menggeleng, "Mau ke toilet Miss."
"Ya sudah silahkan cepat kembali."
Galenka tersenyum, kembali atau tidak itu urusan dia bukan?