Saat membuka mata, Aurey melihat jalanan yang asing di matanya. Ia melihat lampu jalan, lalu melihat beberapa kedai dan restoran. Ini di kota lain.
Dan sialnya, ini tujuh tahun yang lalu. Bayangkan saja, semua ini tidak sesuai rencana. Aurey ingin memutar waktu hanya beberapa bulan sebelumnya. Ia akan memberitahu Rez agar tidak ikut dalam pasukan pengamanan PBB. Kalau begini caranya, bagaimana cara mencegah kematian Rez? Bahkan mungkin lelaki itu belum masuk pendidikan tentara.
Tunggu. Jika sudah begini,berarti solusinya adalah... mencegah Rez menjadi tentara! Benar!
Tapi, sungguh, bahkan pertemuan Aurey dan Rez saja bermula saat keduanya sama-sama bertugas. Itu artinya, jika Rez tidak menjadi tentara, maka kemungkinan besar mereka tidak akan bertemu kembali di masa depan.
Bagaimana ini? Lanjutkan sajakah?
Ah, sudah kepalang basah. Aurey sudah datang ke masa lalu. Bahkan ia tidak tahu bagaimana cara kembalinya kecuali ditarik otomatis oleh waktu. Baiklah, ia akan menjalankan misi ini dengan sungguh-sungguh. Yang terpenting adalah, Rez tetap hidup! Meski entah mereka akan bertemu lagi atau tidak.
Aurey bingung hendak pergi ke mana. Namun samar-samar ia melihat wajah yang tak asing sedang berjalan di seberang sana. Jika ditatap lekat-lekat, wajah itu... Rez remaja!
Oh, ternyata mesin itu menghubungkan saraf memori juga. Membawa Aurey otomatis ke tempat yang ingin ia tuju.
"Rez!" Teriak gadis itu tanpa peduli sekitar. Ia berlari menghampiri Rez yang sedang asyik berjalan. "Rez, tunggu!"
Rez yang merasa terpanggil pun menghentikan langkahnya. "Maaf, kau memanggilku?"
Aurey masih terengah-engah. "Ya, benar!"
"Ada apa, Nona?"
Aurey menetralkan deru nafasnya. "Ada yang ingin kubicarakan"
"Tunggu" Rez menyipitkan matanya. "Apa aku mengenalmu sebelumnya?"
"Tentu saja"
"Di mana?"
Aurey menghela nafas. "Di masa depan"
Rez mengerutkan keningnya. Menajamkan mata dan menarik sebelah sudut bibirnya. "Kau konyol. Maaf, aku tidak punya waktu untuk bermain-main" Lelaki itu langsung berjalan meninggalkan Aurey.
Ia kaget bukan main. Rez ini... sungguh, cuek sekali. Padahal saat berkenalan dulu, dia sangat imut. Mengapa dia secuek ini kepada Aurey? Tidakkah ada sedikit perasaan yang dipercikkan dari masa depan? Agar misinya berjalan lancar.
"Hey, tunggu, bocah!" Aurey yang terbawa emosi karena dicuekki pun berlari mengejar.
"Umurku 18, Nyonya!"
Aurey mencekal tangan Rez hingga tubuhnya berbalik. "Diam dulu dan dengarkan aku!"
Rez menghempaskan tangan Aurey yang mencekalnya. Sejenak gadis itu menatap perlakuan Rez. Mengapa rasanya sesakit ini....
"Aku benar-benar datang dari masa depan. Aku ingin memberitahumu agar tidak pernah memasuki pendidikan militer. Jangan menjadi tentara!"
Rez mendelikkan mata. "Apa urusanmu sih?"
"Kau... Kau akan mati di medan perang! Aku kembali ke masa ini untuk mencegah kematianmu!"
Pemuda itu menghela nafasnya kembali. "Bukankah lebih terhormat mati di medan perang dibandingkan mati terbujur kaku di atas ranjang? Sudahlah. Berhenti mengikutiku"
Kali ini Aurey terpaku. Ah, watak Rez memang seperti itu. Ia sangat teguh pendirian. Lalu bagaimana caranya memberitahu lagi? Bahkan anak itu tak mengenal Aurey. Bagaimana mungkin ia percaya kepada orang asing yang tiba-tiba muncul.
Namun mendengar ucapannya tadi... Ia jadi teringat Rez kekasihnya. Kata-kata itu benar-benar impian tentara. Rez pernah berkata kepadanya, ia bercita-cita menjadi tentara agar bisa mati dengan terhormat. Apakah cita-citanya terwujud?