“Seperti yang sudah disampaikan, aksi terorisme yang terjadi di rumah sakit Delta Candra yang sudah berlangsung sejak pagi tadi belum juga berakhir. Mereka berniat untuk menjarah semua poin dari ratusan sandera. Perlu diketahui, sejak sore ini aksi terorisme juga terjadi di beberapa kota besar. Hampir seluruhnya bertempat di rumah sakit.” Seorang wanita melaporkan keadaan terorisme di depan juru kamera. IndoTV, itulah yang tertulis pada kemeja yang mereka kenakan. Mereka tak lain adalah saluran TV nasional terbesar yang sudah menyiarkan kejadian ini ke seluruh negeri sejak pagi.
Di sana juga ada polisi dan pemadam kebakaran yang bersiaga di posisi mereka. Tugas mereka tak lain adalah mengamankan para sandera saat teroris sudah selesai dengan penjarahannya. Mereka tak berniat untuk menyerang atau pun menangkap para teroris. Selain karena alasan keamanan sandera, mereka juga bukan pasukan khusus yang dilatih untuk menangani teroris. Elite pasukan khusus hanya dikerahkan untuk menangani aksi terorisme di kota-kota besar.
Tiga truk pemadam kebakaran, mengalirkan airnya ke dalam rumah sakit. Mereka menyiramnya ke arah para sandera. Para teroris pun hanya mengabaikannya, karena para pemadam sudah meminta izin untuk itu. Mereka meminta untuk diperbolehkan melakukan tindakan preventif untuk berjaga-jaga apabila teroris tak menuruti janjinya dan membakar hidup-hidup para sandera.
“Saat ini, diperkirakan proses sudah 80 persen selesai. Polisi masih bersiaga di depan rumah sakit untuk mengamankan para san-”
“GUK! GUK GUK! AUUUUUU! BUNUH MEREKAAAAA AUUUU!”
“Eh... gonggongan... seseorang... mengaum?”
*Whushhh...
Sebuah mobil boks menerobos masuk rumah sakit dengan cepatnya.
“Loh? Hei! Mereka menerobos masuk ke arah sandera?!!”
“IKUTI MEREKA!!!”
Lima truk pemadam kebakaran mengikuti mobil boks itu dari belakang, namun tak hanya mereka. Beberapa polisi juga ikut masuk dengan formasi yang tersusun rapi. Para jurnalis yang ada di sana pun ikut menyusul.
“PLAN B!! BAKAR MEREKA! LEDAKKAN SEMUA!!!” Teriakan keras terdengar dari salah seorang teroris.
“LARI!!!” Teriak seorang dari mobil boks kepada para sandera.
Seketika, cahaya terang pun memancar dari mobil boks itu.
“Apa itu?”
*BLARRR...
“Uwaaaa!”
Para jurnalis pun mendadak menjauh ketakutan. Meski begitu, satu orang masih bertahan di tempatnya, reporter IndoTV. Tangan kirinya masih menggenggam erat mikrofon, sedang tangan kanannya ia gunakan untuk menutupi matanya. Dibalik itu, kedua matanya membelalak lebar, bersiap menyaksikan dengan jelas apa yang terjadi di sana.
“Loh, ledakkannya bukan dari arah para sandera?” Reporter itu bergumam setelah ia mampu melihat keadaan di depannya dengan jelas. Yang ia lihat di sana tak lain hanyalah para sandera yang berlari terkocar-kacir menjauhi sebuah piramida besar yang terbuat dari tanah. Beberapa saat kemudian ia baru menyadari adanya kepulan asap hitam dari balik bangunan utama rumah sakit.
Tiga dari lima truk pemadam kebakaran langsung dikerahkan menuju ke sana. Dua sisanya berhenti di dekat piramida itu dan langsung menyemprotkan air yang mereka angkut.
Sosok para teroris tak bisa ditemukan. Barier yang mereka lakukan juga hilang dan berganti melindungi piramida besar itu. Api juga menyambar keluar dari celah kecil piramida itu. Selain piramida dan para sandera yang berlarian, di tempat itu juga terdapat 5 orang yang menetap di posisinya masing-masing. Mereka mengenakan sweter hitam dan masker N95.
Satu dari mereka mengenakan kacamata. Ia mengayun-ayunkan tangannya, seolah ia sedang menyapu udara untuk menjauhi area itu. Ayunan tangannya terlihat berat, karena udara yang ia coba singkirkan adalah gas oksigen dengan jumlah besar yang sebelumnya diperangkap oleh para teroris dengan menggunakan grace barier.
Sosok yang berambut pirang gelap, menggunakan grace bariernya untuk membungkus piramida yang telah dilindungi oleh barier lain. Ia mencoba untuk memerangkap api yang mereka semburkan.
Sosok tinggi bermata biru, menendang satu per satu drum berisi solar yang ada di sana untuk menjauh dari area itu. Ia juga menggunakan grace airnya untuk membuat pusaran dari solar itu. Tujuannya adalah untuk memudahkan drumnya menggelinding menjauh setelah ia menendangnya.
Sosok kurus yang sedari tadi berkelintaran di area itu. Ia lah yang mengarahkan para sandera untuk lari. Ia juga melakukan healing jika ada sandera yang kakinya terluka agar mereka bisa cepat pergi dari area itu.
Yang terakhir, sosok berambut hitam panjang dan bermata biru. Ia lah yang memberi instruksi pada 4 orang lainnya tentang bagaimana dan ke arah mana mereka harus menggunakan gracenya. Selebihnya, ia juga yang memberi instruksi pada para pemadam dan polisi untuk membantu mengamankan area itu. Untuk membantu para sandera, juga untuk menyingkirkan drum berisi solar yang ada di sana.
Kelima orang itu, telah mendeklarasikan diri pada kepolisian dengan nama Grace Enforcement. Kelompok voluntir yang bertujuan membantu kepolisian mengamankan para sandera dan membasi para teroris.
Identitas mereka tak diketahui karena mereka menggunakan masker. Itu juga berlaku pada ekspresi mereka. Namun, jika seseorang mengamati mata mereka dengan lebih saksama, maka seorang akan tahu kalau mereka sebenarnya menahan tawa.
“Pffttt- maaf. Ok, waktunya aku masuk bangunan, Guk! Aku serahkan yang di sini ke kalian, Barrier, Water, Wind, Healer-G!”
“Haha- ah maaf. Siap Guk!”
“Hahaha, ok Guk! Hati-hati sama anjingnya.”
Sosok bermata biru itu pun menghilang diawali dengan memancarnya cahaya yang menyilaukan.
∞∞∞
*Dor...
Salah satu teroris tergeletak lemas setelah timah panas menembus kepalanya.
“Aku sudah selesai. Yang lain, ada yang luka?” Seorang berambut panjang bertanya pada rekannya dalam group-call yang mereka lakukan. Jika saja bukan karena tubuhnya yang tinggi besar, seorang mungkin akan menyangka kalau ia adalah seorang wanita karena ia menutupi wajahnya dengan masker N95.
Ia berlari dari sudut kiri depan bangunan rumah sakit menuju ke arah para sandera. Ia berlari dengan membopong mayat dari korban tembakannya.
“Aman. Target tumbang sekali lemparan. Shooter melapor!”
“Targetku tadi hampir melempar korek ke kotaknya, untung Sword-smith langsung bantu. Dia baru tahu kalau dia bisa manipulasi pedang buatannya. Oh, ngomong-ngomong di sini aman, tak ada luka. Light-saber melapor!”
“Ha? Jadi kamu juga bisa ubah bentuk pedang yang kita bawa juga?”
“Iya. Tadi aku panjangkan pedangnya jadi bisa potong tangannya tepat waktu. Sword-smith melapor!”
“Wow, keren juga. Di sini... butuh 3 kali kombo teleportasi, aku berhasil masukkan kloroform ke mulutnya. Kurir melapor!”
“Bagus, keempatnya sudah tumbang berarti, tapi... hahahaha kurir hahaha.”
“Pffttt- hahaha memang kurang ajar si Flash. Cuma gara-gara gracemu teleportasi, dia kasih nama sandi itu hahaha. Kenapa nggak minta ganti sih?”
“Aku nggak mau cari mati. Kalian belum pernah lawan dia sih...”
“Hahaha ternyata benar kata Rega... Ngomong-ngomong, sekarang aku mau gabung ke grupnya Water. Kalian langsung ke posisi selanjutnya, terus... Tim penyelamat?”
“Dalam perjalanan. Pain-killer sama Healer-B sudah di sini.”
“Metal-healer...”
“Apa?”
“Teleportasiku hampir habis, jadi... tolong bantu Kakakku buat hajar Niko.”
“Ok aku janji. Aku janji... orang itu... habis di sini.”
∞∞∞
“Gimana yang di sini?”
“Oh, Metal-healer. Kita berhasil cuma... terorisnya sembunyi di situ.” Pria bermata hijau menunjuk ke arah piramida besar yang terbuat dari tanah.
Para sandera sudah berhasil diamankan. Yang tersisa di sana hanyalah 5 orang dari Grace Enforcement dan para polisi yang bersiaga menyergap para teroris yang bersembunyi di piramida itu.
“Flash di mana?” Tanya pria berambut panjang.
“Dia sudah masuk ke dalam bangunan.” Jawab rekannya yang bermata hijau.
“Kalau gitu kita ikut ke sana. Di sini biar polisi dulu yang urus.”
“Ok.” Mereka berlari menuju pintu masuk bangunan rumah sakit.
“TAHAN SERANGAN KALIAN!! TARUH SENJATA KALIAN!!!” Teriakan terdengar dari dalam piramida, tapi polisi tak menggubris.
“ARRGGG, TOLONG!!!” Jeritan seorang wanita pun terdengar dari dalam sana.