Pertarungan sengit terjadi di antara 2 kelompok high-human, kubu teroris dan kubu Grace Enforcement. Yang satu dalam posisi bertahan dan yang lainnya menyerang secara membabi buta untuk menahan musuh di tempatnya. Hanya masalah waktu, untuk salah satu dari mereka kehabisan tenaga akibat grace mereka.
Kubu teroris terdiri dari 5 orang. Satu grace pirokinetik, satu barier, 2 pengendali tanah, dan satu pengendali udara. Ketiga grace elemen itu hanya bisa mengendalikan, tidak seperti Jhennifer, yang bisa bermanifestasi menjadi elemen itu sendiri.
Jika barier Grace Enforcement hancur, maka orang yang ada di dalamnya pun jelas akan menerima serangan telak dari kubu teroris. Di sisi lain, jika para teroris kehilangan momentum serangan nonstop, atau bahkan hanya zirahnya, maka tinggi kemungkinan untuk mereka dikalahkan.
Meski begitu, fakta bahwa pertahanan Grace Enforcement hanya dititik beratkan pada satu orang, juga memperbesar kemungkinan untuk mereka diratakan terlebih dahulu. Itu terlintas pada wajah Yohana. Barier besar yang melindungi 8 orang di dalamnya itu, membuatnya kelelahan lebih dari yang dapat ia perkirakan.
Jhennifer, yang sejak tadi menyerang kelima teroris itu sendirian, masih belum bisa mendaratkan serangan yang berarti pada zirah para teroris. Terakhir kali, ia menyerang pada celah zirah yang tak menutupi mata mereka. Namun bos teroris berhasil menahan serangannya. Ia sadar bahwa dirinya tak mungkin sempat bereaksi terhadap serangan Jhennifer yang secepat cahaya, jadi ia terus-menerus mengamati ke mana matanya membidik.
Merasa terancam, bos teroris itu langsung memerangkapnya pada sebuah kubus padat yang terbentuk dari batuan. Karena mereka juga masih membutuhkan celah itu agar mata mereka bisa melihat.
*Krakkk... Hasilnya mulai terlihat. Barier Yohana mulai retak.
“Pertahankan temponya, kita hampir berhasil.”
“LEMPAR!” Teriakan terdengar dari kejauhan. Empat orang mengenakan sweter hitam berjalan perlahan menghampiri mereka.
*Whushhh... Sebuah batu bata terlempar dengan cepat ke arah Niko. Ia melihatnya, lintasan batu itu juga tepat mengarah pada wajah Niko, namun ia tak mencoba menghindar karena mereka tahu batu bata itu tak mungkin melukai mereka.
“Suara itu... RE- K-9!!” Teriak salah satu orang dari Grace Enforcement, Dika.
“KAU!”
“A-2, tetap fokus! Apa pun yang mereka lakukan, nggak mungkin bisa melukai kita.”
“Tchhh...”
Mendengar kepercayaan diri mereka yang bahkan tak menggubris keberadaannya, seringai muncul di wajah Rega. Ia menyerahkan labu ukur 1000 ml yang tertutup rapat dan terisi penuh kepada Fendy.
“Di mata!”
“Okok, kamu memang gila hahaha.” Fendy tertawa karena dugaan Rega benar.
Lemparan pertama hanyalah untuk mengecoh para teroris. Mereka ingin para teroris menganggap kalau serangan yang mereka luncurkan bukanlah sesuatu yang pantas untuk dikawatirkan.
“LEMPAR!”
“HAHAHA NGGAK NGARUH TOL-”
*Pyarrr...
“Kaca? Sial, armornya bikin sudah gerak.”
“AAAARRRGGGG!” Jerit salah satu teroris.
“He ada apa?
“A-3 ada apa?”
“Mataku MATAKU!!”
“Baunya... KURANG AJAR! HINDARI SERANGAN MEREKA!!”
“A-2, apa itu?”
“Bos, mereka melempar asam klorida ke mata kita.” Jawab Niko yang familier dengan bau larutan yang dilempar oleh Fendy terhadap salah satu rekannya.
“Koleksi di ruanganmu bagus-bagus ya... dokter Niko...” Sahut Rega dari kejauhan.
“BOCAH SIALAN!!!”
“Ha... haHA... HAHAHAHAHAAHA...”
“BIAR KUHNGUSKAN MUKAMU!!!” Niko menghentikan serangannya kepada barier Yohana dan berbalik untuk menyerang Rega.
“SETOP! A-2 JANG-”
“KESEMPATAN!!! LARI BERPENCAR!”
*Krakkk... Yohana menghentikan bariernya dan 8 orang di dalamnya pun langsung keluar dan menyebar mengelilingi para teroris.
“FLASH! KELUAR!!”
“Ok.” Suara lirih Jhennifer terdengar dari dalam kubus batuan yang memerangkapnya.
Seketika cahaya terang memancar keluar dari celah-celah kecil kubus itu. Cahaya itu terus memancar selama beberapa detik dan saat cahaya itu menghilang Jhennifer sudah ada di luar kubus itu.
“Jangan goyah! Mereka kelelahan!” Teriak bos teroris.
“SERANG!!” Tambah salah seorang teroris yang memiliki grace angin. Ia menggunakan gracenya untuk meniup angin secara membabi buta, menyebabkan topan kecil yang menyayat beberapa orang Grace Enforcement.
Mengetahui itu, tim penyelamat Grace Enforcement mempercepat langkahnya untuk menghampiri mereka. Rega mengangkat tangan kanan dan mengacungkan jari telunjuknya ke atas seolah ia adalah point-guard. Aksinya itu disaksikan oleh semua rekannya, baik yang di dekatnya maupun yang sedang bertarung di bawah. Ia lalu berbisik pada 3 orang di dekatnya.
“Kak, masih bisa pakai anestesi ke bos mereka?”
“Siap, sanggup!”
Rega mengambil ponsel yang diberikan Renanda dan mulai berbicara.
*Krskkk... krskkk...
Ia menunjuk ke arah jalan pelipir yang menghubungkan area gudang dan area depan rumah sakit.
“Metal-healer, hentikan para polisi!”
Dika pun seketika langsung berlari ke arah jalan itu.
“Wind, jaga udaranya! Jangan sampai mereka menguping. Water, tahan semua serangan Niko dan dengar apa yang aku sampaikan ke yang lain.”
Yolanda dan Rehan mengangguk tanpa suara.