Blurb
"Semua orang selalu melakukan kesalahan, yang bisa kamu lakukan hanyalah meminta maaf dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi" seorang ibu tak akan membiarkan anaknya larut dalam kesedihan tapi tak pantas pula memanjakan hingga Ia tak mengerti bagaimana menyelesaikan masalahnya sendiri.
"Kiran takut bu" jawabku ragu
Tidak ada yang baik-baik saja dari berbohong, semua orang tahu berbohong bukanlah hal yang baik, selain mendapat dosa, berbohong juga menghasilkan kekacauan, penyesalan dan kerugian besar. Tapi kiran sudah pandai membohongi diri sendiri.
"jangan peduli seberapa kesepiannya dirimu, jangan peduli jika kamu pernah ditinggalkan, yang perlu kamu pedulikan adalah dirimu, jangan pernah membuang dirimu sendiri, sejahat apapun dirimu kamu harus setia padanya" baiklah begitu awal kalimat Indra membuat kepalaku yang menyimpan otak pas-pasan ini pusing memikirnya, ayolah Indra ini lebih sulit dari rumus-rumus matematika
"cepat atau lambat kamu akan tahu siapa yang setia pada dirimu, peduli pada dirimu, dan yang paling bisa kamu andalkan, paham Ran?" lanjut Indra mengakhiri kalimatnya dengan kalimat tanya.
Kiran menjawab segala pertanyaan dan pernyataan dengan perlahan-lahan hingga tak hanya kalimat terlontar, Kiran telah membuktikannya, Kiran menghadapi hidupnya yang Ia pikir selalu sulit dan tak pernah merasakan kebahagiaan, Ia merasa beda dengan teman-temannya yang lain, tapi Kiran tetap tak perduli. Aku termakan ambisi, sampai ayah berkata "Kiran, tidak ada keberhasilan dengan mudah diraih, Kiran perlu mengenal yang namanya gagal agar Kiran tidak mudah puas, tak berhasil kali ini masih ada kesempatan dilain waktu, percaya pada Ayah" kalimat yang hampir Ia lupakan dalam hidupnya, sampai pada seseorang membuatnya mengingat kembali, lalu bagaimana perjalanan Kiran dalam merevolusi dirinya.