Rewind>>

Syarifah Suharlan
Chapter #1

Perempuan Feminisme

PEREMPUAN FEMINIS

 

           Aku lulus SMAN di Jakarta dengan jurusan belajar A2 atau yang disebut kelas Biologi. Keinginanku melanjutkan ke Institut Pertanian Bogor, namun ibunda memintaku untuk mengambil kuliah Agama Islam di daerah Ciputat. Bukan..bukan UIN, Universitas Islam Negeri, tetapi kampus yang tepat berada di depan UIN Syarif Hidayatullah. Kampus ini sangat unik menurutku, mengapa? Ya karena aku baru tahu ada lembaga pendidikan yang memadukan perkuliahan dengan sistem kredit semester atau SKS dengan kewajiban menghafal Al-Quran. Kampus itu bernama Institut Ilmu Al-Quran Jakarta.

           “Aku mau pilih kuliah pertanian bu.”

           “Ibu punya kenalan seorang ustadzah, suaranya bagus sekali dalam melantunkan Al-Quran, kamu kuliah di tempat teman ibu itu ya?” pinta ibuku.

           “Aku tidak mau.”

           “Begini nak, anak yang ibu lahirkan berjumlah delapan, dan kamu tahu…abang-abang dan kakak perempuanmu semuanya mengambil jurusan ilmu umum, ibu ingin anak bungsu ibu mendaftar kuliah di Fakultas Ushuluddin Dakwah dan jadi daiyah seperti ibu.”

           “Tapi bu…?”

           “Sudah ikuti saja saran ibu pasti berkah hidupmu.”

           Dengan diantar oleh ibuku sendiri beserta supir yang sudah dipersiapkan oleh bapakku, aku mendaftar dan mengisi formulir dan mendapatkan jadwal tes masuk. Setiap pendaftar di berikan data mata pelajaran yang akan di tes di minggu selanjutnya. Mata pelajaran yang akan di tes saringan masuk Institut Ilmu Al-Quran Jakarta adalah; Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan tentunya Bahasa Arab. Dan tes tambahan yang wajib diikuti oleh calon mahasiswi adalah tes hafalan langsung di depan penguji yaitu, Quran Surah Yasin, Al-Mulk, Al-Waqiah dan Ad-Dukhan.

           “Sudah kamu ulang-ulang kembali belum empat surah yang akan dites itu?” tanya ibu di dalam sebuah kesempatan sore.

           “Sudah bu.”

           “Bada magrib ibu tes ya.”

           “iya bu.”

           “Besok pagi-pagi sekali kau berangkat ke Ciputat sana diantar Bang Putra supir kita, jangan bangun telat ya.”

           “Baik bu.”

           Dikampus itu ada tiga program studi yaitu prodi Syariah (hukum Islam), Prodi Dakwah dan prodi Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam. Program studi Syariah dan Dakwah---apabila aku diterima---wajib tinggal/mondok di asrama yang telah disediakan oleh Kampus Institut Ilmu Al-Quran yang berada di Cinangka-Parung.

           Pengumuman tes seleksi tiba, aku diterima di prodi Syari’ah dan segera kukabarkan kepada ibuku namun beliau kurang berkenan, dia memintaku untuk mengajukan ke dekan agar namaku dipindah ke program studi dakwak, mengapa…? Alasannya sederhana karena ibuku seorang pendakwah populer di kelurahan tempat beliau tinggal.

           “Halo..assalamu’alaikum….mau bicara dengan ibu.” ucapku sambil memegang gagang telpon umum yang kugunakan disekitar kampus.

           “Waalaikumsalam…” jawab seseorang dengan suara berat.

           “Pak…ibu mana pak, saya mau bicara, pengumuman kelulusan telah ada hasilnya.”

           “Sebentar bapak akan panggilkan ibumu dulu.”

           Beberapa detik aku menunggu tak lama suara ibu terdengar di ujung telpon.

           “Bagaimana hasilnya, kamu diterima kan?”

           “Iya bu, saya diterima tetapi di Fakultas Syari’ah..” Jawabku.

           “Jangan kau di fakultas itu, tolong ganti dan urus agar namamu tercantum di Fakultas Ushuluddin jurusan Dakwah,” pinta ibuku.

Lihat selengkapnya