Rewind>>

Syarifah Suharlan
Chapter #2

Kuliah Kalah

KULIAH KALAH

           

Selesai ospek kami diberikan kamar resmi di asrama untuk tempat tinggal selama kami berkuliah disini, semester satu aku mendapat kamar di lantai bawah gedung tengah, dengan penghuni kamar berjumlah enam orang. Fasilitas tempat tidur dan kasur yang diberikan adalah tempat tidur ukuran nomor satu. Jadi satu tempat tidur terdiri dari dua mahasiswi yang menempati kasur itu untuk beristirahat.

           Penghuni di kamar kami berasal dari berbagai suku, Jakarta, Bekasi, Garut, dan Kalimantan.  Di saat itulah aku merasakan konsep mengantri dan berbagi, makan siang dengan catering yang dimasakkan dari dapur umum serta pembagian tugas mencuci piring.

Sejak mengikuti kuliah umum sebagai pertanda kami resmi menjadi mahasiswa, ada yang masih menggaung berpantulan di dalam otak pemikiranku, mengapa aku lulusan SMA negeri jurusan biologi terdampar di kampus ini.

Dengan kewajiban ketat menghafal Al-Quran dan berstandar pada pola setoran hafalan ayat-ayat Quran yang dibacakan dalam bentuk tadarus Quran oleh  mahasiswi di depan  instrukstur dalam ruang khusus di sore hari.

Spesialis penghafal Quran 30 juz yang telah ditentukan oleh kampus adalah “core” nya kampus kami. Asrama dan ruang perkuliahan kami berbeda tempat. Asrama kami terletak di perbatasan pamulang dengan Cinangka-Sawangan-Parung.

Perkuliahan kami berada di kampus IIQ-Ciputat. Kami diberi jadwal sebagai berikut; perkuliahan diadakan pagi hari dari jam delapan sampai bada zuhur. Diberikan mobil antar jemput. Selesai kuliah kami kembali ke Asrama dan memulai hafalan kami per ayat, per lembar dan per juz untuk kami perdengarkan hafalan kami kepada instruktur dalam tingkatan Marhalah 1 (1-4 juz) Marhalah 2 (5-8 juz), Marhalah 3(9-12juz) dan seterusnya sampai 30 juz dari isi Al-Quran yang disesuaikan dengan tingkat semester perkulian kami.

           Ujian hafalan minimal dua juz dihadapan penguji hafalan dan diberikan ceklist lulus dalam kartu ujian hafalan. Permasalahan yang sering muncul adalah semester satu semestinya tiap mahasiswi sudah ujian hafalan dua juz. Semester dua kuliah semestinya pula kami harus sudah ujian hafalan juz ketiga dan juz keempat.

Namun yang terjadi adalah ketika kami masuk semester 4, ujian hafalannya baru di juz satu dan juz dua. Maka tidak balance batas waktu kenaikan tingkat semester dengan ujian hafalan 30 juz. Jika belum ujian hafalan 30 juz maka belum diperkenankan ujian sidang skripsi. Dengan fakta seperti itulah kelulusan sarjana strata satu kami banyak yang tertunda dalam kendala hafalan penuh 30 juz.

           Itulah juga yang aku alami di Institut Ilmu Al-Quran Ciputat ini. Menjadi mahasiswi baru semangat masih menyala tak pernah redup mengelola waktu kuliah pagi dengan kegiatan hafalan di asrama putri. Naik ke semester dua dan semester tiga kami berkenalan dengan kegiatan organisasi mahasiswa, organisasi senat kampus, organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, dan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam.

           Jadwal perkuliahan yang ketat dengan beberapa mata kuliah kekhususan program studi membuat kami sering menyiapkan presentasi diskusi di waktu tengah malam, dan dengan kondisi menjelang sholat qiyamul lail dan waktu subuh menjadi sering bersisian. Jam tujuh pagi kami harus sudah siap mengantri bis jemputan kami agar pukul delapan sudah dapat mengikuti perkuliahan.

           Dosen-dosennya pun berkualitas semua, pengajar dari dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah atau pun dosen dari Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran yang terletak di Pasar Jumat Lebak Bulus Jakarta Selatan. Dan yang paling utama dosen dari Institut Ilmu Al-Quran itu sendiri. Mata kuliah Ulumul Quran, Mata Kuliah Naghom, Mata Kuliah Balaghoh dan Mata Kuliah Bahasa Arab, serta Mata Kuliah ilmu Dakwah.

Mata kuliah Jurnalistik pun kami dapatkan dari kampus ini, dengan seorang dosen yang berprofesi sebagai wartawan. maka aku merasakan keberkahan ilmu dan kelimpahan wawasan dari kampusku ini.

Yang paling berkesan dan juga sebagai pengalaman pertama jatuh cinta pada dunia kampus adalah ketika mengikuti mata kuliah Filsafat Umum dan Filsafat Islam. Betapa kedua mata kuliah itu membuat wawasanku terbuka dan bertambah. Ilmu filsafat yang membuatku menjadi bertambah sering membaca koran, sering menamatkan membaca buku, membaca majalah Islam yang terkenal di lingkungan Ciputat yaitu Jurnal Ulumul Quran.

Aku bersama temanku berlangganan majalah itu. Membuat kelompok diskusi kecil yang kami beri nama kelompok Philoshophy, membaca majalahnya bergantian dan dengan hari yang ditentukan kami berdiskusi kecil di teras masjid asrama kami di malam hari.

Puncak dari mempelajari ilmu filsafat ini adalah “semakin banyak mempelajari ilmu, maka semakin banyak tidak tahu, karena banyak ketidak tahuan itu meminimalkan sifat sombong sehingga orang yang benar berilmu akan memiliki karakter rendah hati dan lembut bertutur kata di dalam diri sendiri dan di pergaulan sesama manusia.”

Dan bagaimana dengan ilmu biologi yang pernah aku utamakan sebagai argumentasiku masuk perguruan tinggi yang memiliki khas menjadi seorang hafidzah ini? Ternyata memang benar apa yang dikatakan kakak seniorku saat memberikan orientasi kampus di awal memasuki perkuliahan ini bahwa tidak akan ada korelasi antara ilmu yang aku tekuni di SMA dengan perkuliahan yang kujalani dalam program studiku dan program hafalan Quranku.

Hal yang pasti setelah aku mendapatkan mata kuliah filsafat umum dan Filsafat Islam maka aku berkesimpulan bahwa ilmu eksakta adalah landasan utama manusia berinteraksi dengan ilmu pengetahuan seperti yang tertera dalam Qur’an Surah Ali Imran, “Sesungguhnya didalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi (kebesaran Allah) bagi Ulil Albab (orang-orang yang berakal).

Ulul Albab adalah salah satu istilah yang terdapat dalam Al-Quran untuk menyebut sekelompok umat manusia yang berakal. Dan status ilmu filsafat dalam risalah ilmu pengetahuan klasik meriwayatkan bahwa induk semua ilmu adalah ilmu filsafat, lalu setelah itu berkembang menjadi disiplin ilmu terapan yang banyak; ilmu ekonomi, ilmu sosiologi, ilmu matematika, ilmu aljabar, ilmu biologi, ilmu kimia, ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lainnya.

Seorang Ulul Albab adalah orang yang sadar akan ruang dan waktu artinya mereka ini adalah yang mampu mengadakan inovasi serta eksplorasi, mampu menduniakan ruang dan waktu, seraya tetap konsisten terhadap Allah, dengan sikap hidup mereka yang berkesadaran dzikir terhadap ilmu Allah SWT guna memahami Sunnatullahnya.

“Zakiah…sepertinya aku tidak bisa lanjut kuliah deh..” ucapku pada teman satu kamar yang sama berasal Jakarta.

“ Sepertinya aku juga begitu Vha…”

Lihat selengkapnya