Rewind>>

Syarifah Suharlan
Chapter #10

Covid-19

COVID-19

 

           Setelah dua bulan kekosongan jabatan kaprodi maka tugas kaprodi sementara dipegang oleh wakil dekan, di bulan ketiga seorang perempun paruh baya menggantikan posisiku. Serah terima jabatan tidak ada. Dekan yang bernama Hasanuddin berkulit albino yang telah menganggapku tidak ada dan mati secara akademik, tertawa berderai-derai dengan wakil dekan dan kaprodi baru. Kubiarkan saja itu terpatri, kesombongan dan arogansi kuasa sedang terjadi dan korbannya adalah diriku sendiri.

Lambat laun jumlah mahasiswa dan dosen tetap tidak berimbang, satu mata kuliah Akhlak Tasawuf lintas prodi sudah empat pertemuan tidak ada yang memberi materi, ketua kelas mengabari akan berkunjung kerumahku dan berniat memintaku mengajar kembali.

           “Ibu..tolong mengajar kami kembali.”

           “Mata kuliah Akhlak Tasawuf sudah empat kali pertemuan tak ada dosen yang mengajari kami, pak dosen Eki yang mengampu mata kuliah itu bentrok dengan perkuliahan lain..” pinta ketua kelas dengan suara yang memelas.

           “Bukan ibu tidak mau mengajar kalian, namun ibu tidak diberi jadwal oleh dekan kalian.” Jawabku santai.

           “Lalu bagaimana solusinya bu?”

           “Saran ibu kalian membuat surat resmi kepada kaprodi untuk meminta ibu mengampu mata kuliah Akhlak Tasawuf itu, mengingat status ibu masih dosen tetap dan ibupun perlu membuat laporan akademik berkala untuk kampus.”

           “Baiklah bu akan kami usahakan, akan kami kabari secepatnya bila saran ibu sudah kami lakukan..” ucap ketua kelas sambil pamit bersalaman dengan senyumnya yang nyaman.

Lihat selengkapnya