Rewind>>

Syarifah Suharlan
Chapter #38

Patah Hati

PATAH HATI

 

           Setelah pindah rumah aku memiliki kembali mahligai rumah tangga seperti dahulu kala saat muda. Di rumah berdua, maka malam berdua, berbincang sampai larut malam dan bernyanyi bersama menjadi tanda aku sudah memenuhi kehidupan berpasangan dengan yang kucinta.

           Kegiatan mengajar di kampusku kini jadi bertambah jauh lokasinya, namun karena masih menggunakan metode hybrid yaitu sebagian waktu perkuliahan online dan sebagian waktu perkuliahan lagi offline.      

Bulan September, Oktober, November dan Desember, kami masih tinggal bersama dengan komitmen terjaga. Memasuki Bulan Januari 2023, mulailah tersibak rahasia yang disimpan rapat oleh suamiku Pak Riyadi.

Pagi hari setelah melaksanakan sholat Dhuha, kipas angin di dalam rumahku mati tak bergerak berputar baling-balingnya. Aku meraih ponsel dan mengirim pesan chat ke nomor whatsapp suamiku.

“Assalamu’alaikum pak. Kipas angin mati, tolong kesini untuk diperbaiki.”

Selama dua jam tidak ada balasan. Aku menunggu sambil melanjutkan online di laptopku. Menjelang siang chat WA ku dibalas.

“Ini ibu siapa?”

“Tolong jangan ganggu Bang Yadi.”

Aku kaget luar biasa, mengapa di nomor WA yang sama dimiliki oleh Bang Riyadi membalas pesanku yang tidak terasa keakraban.

Aku tetap tenang karena dengan keyakinan pengetahuanku selama memegang prinsip musyawarah akan lahir solusi baru yang memenangkan kebaikan.

Esok pagi Pak Riyadi datang dan wajahnya kesal dan gelisah

“Ada apa yang sebenarnya.”

“WA kamu terbaca oleh anak perempuanku.”

“Memang semalam kamu tidur dimana? Bukannya kamu jaga malam?” tanyaku.

“Saya pulang ke rumah untuk memberi makan ikan peliharaanku.”

“Lalu mengapa aku disebut pelakor oleh anakmu?”

“Dia asal bicara, dia hanya membela ibunya.”

“Jujur saja cerita apakah kamu masih ada istri pertamamu dirumahmu?’

“Iya masih ada, tetapi saya tidak pernah menyentuhnya lagi.”

“Bukan itu yang saya maksud. Apakah kamu menjadikan pernikahan kamu ini sebagai poligami???” aku bertanya tegas.

Dia diam.

“Ya ampun ya Allah ya tuhan, mengapa kamu seberani ini dan tega tidak jujur kepada saya. Lalu bagaimana dengan pernikahan saya ini dengan kamu?” ucapku pelan karena syok.

Lihat selengkapnya