“Ini ya buketnya, Kak. Gladiol kuning, krisan ungu, anyelir pink, dan anggrek biru,” kata Giacinta sambil menyerahkan buket bunga itu kepada gadis berwajah sendu di hadapannya. “Hadiah ulang tahun ya, Kak?” tanyanya penasaran, meskipun tebakannya agak tolol. Gadis di depannya itu sudah beberapa kali membeli buket yang sama di tokonya. Jelas buket itu bukan hadiah ulang tahun, tapi ya sudahlah. Toh Cinta hanya berniat basa-basi.
“Bukan. Untuk dibawa melayat,” jawab gadis itu, mendiamkan Cinta seketika.
“O-oh….”
“Uangnya,” kata si gadis sambil menyerahkan uang. “Terima kasih.”
“Ah, iya, terima kasih! Datang lagi lain waktu!” balas Cinta, cepat-cepat mengganti ekspresi kagetnya dengan senyum customer service-nya yang terbaik. Ketika gadis itu sudah pergi dari toko, Cinta bergumam pada dirinya sendiri, “Untuk dibawa melayat….”
***
“Jadi, yang ada di ingatanmu adalah kau ada di TKP?” tanya Dokter Wangsa.
Anak di depannya, Alisha Indrawati, mengangguk. Tidak berkata-kata.
“Dan kamu bersama temanmu Andini di sana?”
Alisha mengangguk lagi. Lalu, ia membuka mulut. “Saya merasakan badannya jadi dingin.”
“Hmm.” Dokter Wangsa mengetuk-ngetukkan ujung pulpen ke buku catatannya. Ia membiarkan posturnya melemas, agar ia tidak menjulang di atas Alisha. Efeknya seketika. Ketegangan di bahu anak itu lenyap sedikit. “Mengesampingkan kejadian yang kamu ingat, Alisha, apa kamu sadar bahwa di pagi saat kejadian kamu ada di rumah?”
Alisha mengedikkan bahu. “Sekarang sih, saya tahu. Tapi saya tidak ingat.”
“Jadi, ingatanmu menyangkut pagi itu hanya satu, yaitu dirimu di TKP?” tanya Dokter Wangsa.
Alisha mengangguk.
Ketika sesi mereka berakhir dan Alisha telah pulang, Dokter Wangsa mencatat hasil sesi hari ini.
Nama pasien: Alisha Indrawati
Sesi ke-: 2
Hari/tanggal: XX-XX-20XX