Jogjakarta, Juni 2006
Abimana Saputra
"Ada undangan manggung di Temanggung, cuy!"
Aku dan Dandi yang sedang asyik ngobrol ngalor ngidul akhirnya menoleh ke sumber suara. Di tangga depan auditorium musik, Arka berdiri sambil memamerkan handphone barunya. Dia menghampiri kami dan menunjukan pesan singkat dari seseorang.
Sebenarnya bukan kabar undangan itu yang mengejutkan kami. Tapi, dari mana undangan iti berasal.
Beberapa bulan belakangan–berkat koneksi dan kenalan yang Arka miliki, kami sering mendapatkan tawaran untuk menjadi pengisi acara. Mulai dari pensi di SMP, SMA, hingga menjadi band pembuka di acara musik lokal Jogja. Dibayar atau nggak, kami terima. Tujuan kami cuma satu: mencari perhatian.
Tapi, kami sama sekali nggak pernah menyangka akan tampil di kampung halaman. Terakhir–dan yang paling jauh, kami manggung di Magelang, bekas sekolah William. Selain itu, kami hanya tampil di sekitaran kampus dan menjadi tamu di radio lokal.
"Temanggung?" tanya Dandi yang sama penasarannya denganku. Dandi merebut handphone milik Arka dan membaca isi pesan itu dengan cermat. "Lah ini SMS dari bapakmu. Jangan bilang kita disuruh jadi pengisi acara orkes dangdut."
Arka mengangguk dan kembali merebut handphone miliknya. "Bukan orkes dangdut, Nyet! SMK Bakti Pertiwi ngundang kita buat pensi penyambutan siswa baru awal bulan depan," katanya penuh antusias.
Mendengar itu, aku terpaku. Berharap aku salah dengar atau kalau nggak, mungkin Arka salah menyebutkan nama sekolah. "Sekolah mana, Ka?"
"Bakti Pertiwi, Putra! Makanya jangan keseringan pakai sumpal telinga. Itu walkman tua lama-lama kubuang juga."
Di sampingku, Dandi mendesah lega. Tapi, aku justru penasaran dengan siapa orang yang mengirim undangan itu untuk kami. "Emang kamu ada kenalan di Bakti Pertiwi? Eh, ngomong-ngomong, ini Bakti Pertiwi yang ada di Jalan Kartini itu, kan?"