suara gelegar itu terdengar jelas
apakah aku yang hanya bisa mendengar?
Derap langkah kaki mengarah kepada kami. ku lihat sepatu pantofelnya melangkah dengan penuh kemisteriusan. Kalung stetoskopnya masih dilehernya. Sebelum ia mengeluarkan sepatah kata. Ia sudah dihujani beribu pertanyaan mengenai keadaan papaku. "Dok, bagaimana keadaan suami saya" "Dok, bagaimana keadaan papa saya" "Dok, papa saya baik-baik sajakan".
Namun terkadang hidup punya kejutan nya sendiri.
"Mohon maaf, kami tidak dapat menyelamatkan nyawa Bapak Bambang karena pada saat sampai di rumah sakit jantungnya sudah berhenti berdetak."
Dan kejutan itu memiliki respon yang berbeda-beda. Hanya saja pada saat itu terlalu mendadak hingga keluargaku harus menata hati.
Setelah pemakaman Papa aku tidak berani menanyakan kenapa Papa dan Mama saat itu bertengkar. Dan kenapa tidak ada penjelasan seperti apa posisiku di keluarga ini. Kak Bagas masih terpukul karena kehilangan Papa Ia belum siap untuk menjadi tulang punggung keluarga dan meneruskan usaha Papa. Kak Alana juga masih murung ketika ia melihatku ia serasa enggan untuk menatapku.
3 tahun kepergian Papa. Mamaku sudah kembali seperti biasa. Kak Bagas sudah terbiasa untuk memimpin perusahaan. Dan Kak Alana jarang sekali berada di rumah karena ia harus mengadakan event di luar kota. Artinya keluargaku kembali normal kembali.
Namun hubungan kami semakin berjarak. Aku memutuskan untuk berkuliah di jogja. Masih terbayang dengan jelas sudut ruangan rumah lukisan-lukisan yang selalu dibanggakan Papa. Dapur yang selalu memanggil ketika mama membuat resep masakan baru untuk aku cicipi. Kamar Kak Alana yang selalu menjadi medan pertempuran kami. Video game Kak Bagas yang menganggur karena jarang kami mainkan kembali.
Hidup selalu punya kejutan sendiri. Dan aku memilih untuk pergi ke tempat yang kurasa akan membuatku melupakan aku anak selingkuhan. Setidaknya itu yang kulakukan untuk menghibur diriku.
...
"Ma, mama yakin ngizinin Reyna pergi?"
"Gas, mama nggak bisa menolak apa yang Reyna inginkan dia berhak menemukan siapa dirinya.. Ini nanti kamu kasih ke Reyna kalau kamu nganterin ke Bandara.."
Amplop coklat yang sedari tadi di genggam Mama dengan wajah sayu. Ia berikan kepada Kak Bagas untuk diberikan kepada Reyna. Entah apa isinya apakah itu sebuah jawaban atau sebuah pertanyaan. Setelah sekian lama bertahun di simpan usang di kotak. Kini surat itu harus mengantar Reyna kepada nasibnya.