Rhea and Handsome Followers

Dewi yuliana
Chapter #1

Cantika Rhea Permata

Sudah aku bilang berulang kali jangan masukan bawang di dalam makananku, tapi ibuku selalu tidak peduli. Panggil saja aku Rhea,(Rhi, Rhe atau Ea sesuai situasi dan kondisi siapa yang memanggil) umur 17 tahun dan sedang berusaha memakan telur dadar buatan ibuku yang mengandung ranjau.

Senin pagi yang cerah ini untuk pertama kalinya aku masuk ke kelas 3 SMA. Aku bersekolah di salah satu SMA Negeri ternama berkat otakku dan juga tentu saja keberuntunganku (hampir menangis karena menjadi daftar tunggu).

Aku anak pertama dari tiga bersaudara, anak perempuan satu satunya dikeluarga kami yang mempunyai mata besar nan cantik, rambut hitam bergelombang sepunggung, kulit sawo matang dan mempunyai tinggi badan 157cm (ini adalah satu-satunya alasan keminderanku (bukan berarti aku tidak berusaha dalam memperbaikan tinggi badanku tapi sekarang aku cendrung menyerah).

Ayah ku seorang wirausaha (membuka bengkel otomotif motor) yang bekerja selama 360 hari dalam setahun (membayangkan hanya libur pada saat hari besar Islam saja sudah membuatku lelah) dan ibu kami yang cantik dan baik hati berperan penting membuat kami bertiga menjadi seperti manusia, aku mempunyai dua adik laki-laki yang luar biasa bisa dibayangkan, kalau kalian menjadi seorang kakak perempuan.

Waktu sudah menunjukan 06.05 dan kami berdua (Jelas aku dan adikku yang akan masuk kelas 2 SMP ini) masih berisik dengan pertengkaran kecil kami di meja makan. Ibu yang sedang menyuapi si bungsu kami yang baru 5 tahun dan ayah yang membaca koran sembari menyesap kopi miliknya. Jelas ini adalah pagi seperti biasanya dan rutin kami lakukan setiap pagi.

Seperti biasa ayah akan mengantar mengantar kami kesekolah sebelum dia bekerja menggunakan motornya. Beliau tidak terlalu banyak bicara kepada kami. Dia selalu begitu, selalu diam entah tidak peduli atau terlalu percaya pada apapun yang kami lakukan disekolah, karena itu aku tidak terlalu akur dengan ayahku.

Setelahnya aku sampai didepan gerbang berwarna hijau yang tidak asing ini, aku terdiam sejenak, sesaat berniat dalam hati bahwa tahun terakhirku di sma ini haruslah lebih bersinar lagi (bukan dalam asmara jelas,tapi dalam segi akademik). Aku memasuki gerbang terlihat dinding kelas berwarna hijau muda, pohon-pohon besar yang berada di lapangan yang luas dan ruangan ruangan yang tertata sesuai tempatnya.

Aku bergegas menuju kelasku, XII IPA 1 (jelas aku menduduki kelas ini selama 2 tahun dan ini adalah tahun ketigaku) melewati beberapa lorong kelas anak X dan kelas XI, letak kelas XII berada di paling belakang gedung yang menurut beberapa guru agar kami bisa berkonsentrasi dalam hal belajar karena jauh dari fasilitas sekolah (jelas sekali ini tidak benar).

"Aku menemukannya" batinku

Segera aku memasuki ruangan itu, memilih tempat duduk paling belakang di pojok kanan, sebelahnya terdapat jendela yang terbuka dan lapangan basket tepat di jangkauan penglihatanku.

"Pemandangan yang bagus" pikirku saat aku menaruh tasku di bangku itu.

"Bukan waktu yang tepat Rhi, seharusnya kamu mencari tempat didepan" protes anak laki-laki yang sedang berjalan menuju bangku kosong disebelahku.

"Jangan mengada ngada Ndre, jelas jelas aku yang pertama kali disini, bisa gak kamu gak naruh tas kamu di sini, ini sudah tahun kedua kita dan itu sungguh sial" berusaha sekuat tenaga mengusirnya

"aku disini berkat kamu Rhi, ayo kita kelapangan udah di mulai tu upacaranya" Ajaknya memegang tanganku yang secara refleks mengikutinya. 

Jelas aku tidak pernah membenci itu.

*********

Lihat selengkapnya