Rhea and Handsome Followers

Dewi yuliana
Chapter #2

Andrea Bagus Putra Perwira

Jelas dari sudut pandangku andrea adalah anak yang aneh dan terkesan misterius. Dia yang terlihat maskulin diluar dan terdapat sisi lembut disetiap kata katanya itu membuat ku bertanya tanya, apakah dia anak dengan tipe serius atau tidak tentang menjalani hidupnya.

Bukan tanpa sebab aku bertanya seperti itu, tapi dia kadang terkesan bermalas malasan mendengar saat guru memberi petuah, melamun disaat kami bekerja kelompok, tapi selalu terlihat serius disaat sedang menjalani ujian, dia juga sering tersenyum dan jarang memperlihatkan emosinya. Dia sulit ditebak dan aku benci itu.

Dia anak sematawayang dan anak dari keluarga kaya (ayahnya merupakan anggota legislatif sedangkan ibunya meninggal karena sakit saat dia masih smp, begitu yang aku dengar dari anak anak saat di kelas XI). Kenapa anak seperti dia yang masa depannya sudah terjamin tanpa melakukan apapun, begitu keras terhadap diri sendiri? (sekarang di kelas ini skor nilainya berada satu peringkat di bawah ku, peringkat 2).

Dia bukan anak asli ruangan ini, dya masuk saat kami kelas XI menggantikan posisi Rena yang hanya selisih 2 poin lebih unggul. Kami juga tidak begitu dekat mulanya, dia mulai membabi buta mendekatiku diawal semester XI dan benar benar itu masa masa tersulitku (pendekatannya sungguh benar benar gila menurutku, memanggilku seenaknya dengan "Rhi", mengikutiku kemana saja, dan bertanya tanpa tau waktu)

Tapi memang seperti itulah dia.

*****

Sudah sekitar tiga minggu kami memulai sekolah, cuaca mendung berangin dihari Rabu ini, membuat pelajaran ke 5 dan ke 6 kami (pelajaran kimia) seperti malapetaka.

Pria disebelahku dengan suara berbisik, dengan tangan kanan menyanggah dagu, berusaha menahan wajahnya dalam usahanya mengatasi rasa ngantuknya itu mengucapkan sesuatu. (andrea menggunakan tangan kiri untuk menulis)

"Aku heran dan kurang yakin kalau pelajaran ini akan bermanfaat dalam karier kita nantinya" ajaknya berbicara, tetap melihat dan mencatat.

"Aku lebih heran lagi kalau kamu gak berhasil dalam kariermu" batinku, berusaha mengabaikannya.

"Rhi..?? kamu gag tidurkan?" Tengoknya melihatku

"Ku gag tau kalau kamu sebegitu khawatirnya tentang masa depanmu" jawabku santai

Sekilas dari sudut mataku aku yakin melihatnya tersenyum saat kata kata itu kutuju padanya. Pandangannya kembali ke papan tulis, samar tapi masih bisa kudengar dia menggumamkan sesuatu.

"aku bukan siapa siapa, Rhi"

Tapi aku tidak pernah menanyakan maksud dari kata katanya itu.

*********

Saat jam istirahat ke 3 (sekitar jam 2 siang), cuaca mendung tetap tidak bersahabat dan teman dudukku mulai mengajakku berdebat.

"Ini sudah tahun ke tiga Rhi dan kamu harus mulai mencari teman" omel Andrea dimejanya

"Rhi...??" Tanyanya lagi sadar aku tidak merespon perkataannya barusan.

"Kalau kamu berkata seperti itu karena kasihan padaku, kamu bisa pergi" jawabku santai masih melihat pemandangan diluar jendela (ada beberapa siswa yang bermain basket di cuaca mendung begini, aneh pikirku)

"Daripada kasihan, kamu terlihat seperti biasa aja, ku takut sendiri jadi kebiasaanmu nantinya" ucapnya, nadanya yang lembut sedikit naik sekarang

"Ku gag pernah minta kamu nemenin aku ndre, kenapa sih semua orang menganggap kalau sendiri itu masalah" ucapku sedikit jengkel, ini semua karena pembagian kelompok tryout kimia sialan itu.

"Jangan mengajak ku berdebat Rhi, kita tau siapa pemenangnya !! " tatapan tajam mengintimidasinya mengarah kepadaku sekarang

"Karena itu stop urusi masalahku dan urus saja masalahmu sendiri, Andrea !!" jawabku tegas membalas tatapannya.

Dia menghela nafas, lelah akan pertengkaran kami yang tidak ada ujungnya itu, dia berlalu dan selamat, seluruh kelas menonton kami sekarang. *******

Lihat selengkapnya