Rhea and Handsome Followers

Dewi yuliana
Chapter #7

Kata Cinta

Rhea memakan rotinya dengan lahap dengan sebuah susu pisang yang tadi dibelikan oleh andrea, tyo dan andrea benar, lebih baik menjauhi masalah dan tetap hidup tenang seperti ini.

"Aku bahkan tidak bisa pergi kekantin, apanya yang tenang." Batin rhea. "Kenapa aku yang harus menderita sendiri, toh memangnya apa salahku ?".

Dilapangan basket seorang laki laki berhasil melakukan slam dunk sehingga terdengar hiruk pikuk pekikan siswi siswi yang menyoraki. Tapi anak itu tidak peduli pada perempuan perempuan yang telah menyebut namanya itu, dia sedang terfokus pada seorang gadis yang sedang asik sendiri memakan roti dan meminum susu pisang di tempat duduknya. Dijendela kelas itu, dia selalu melihat gadis cantik itu, hari ini dia biarkan rambutnya digerai dan memakai bando hitam selaras dengan warna rambutnya yang membuatnya bertambah cantik ditambah dengan sepai sepoi udara yang menyentuhnya poni tipisnya.

"Dia bahkan tidak melihatku." batin anak itu.

"Yonn, mau udahan ?" Tanya temannya.

Lyon tidak peduli, sekarang dia bertekat untuk tidak lagi memperhatikan gadis itu diam diam, ya dia akan mengambil langkah pasti sekarang. Berjalan menuju jendela gadis itu berada, lyon mengalami kegugupan, keringatnya berubah menjadi keringat dingin, dan tenggorokannya tiba tiba menjadi kering. Jelas ini bukan dirinya sama sekali.

Lyon mengetuk jendela itu.

Gadis itu memalingkan wajahnya, jelas terkaget sehingga tersedak susu pisang yang sedang dia minum dan itu membuat lyon berfikir bahwa gadis itu memiliki sifat imut yang tidak diketahuinya.

"Sedang apa kamu ?" Hidung rhea sakit akibat tersedak tadi.

"Melihatmu."

"Berhenti mengganguku," rhea memalingkan wajah tidak menatap pemilik wajah tampan itu.

"Aku pikir aku menyukaimu."

Rhea terdiam kaku, berusaha mencerna lagi apa yang dia dengar "Apa maksud mu?"

"Aku menyukaimu, aku bisa gila karena memikirkanmu setiap hari."

"Anak ini gila, dia pasti gila sekarang." pikir rhea panik, anak anak lain mulai melihat kearah mereka berdua.

"Pergilah, dan tetaplah dengan jalan pikiranmu yang konyol itu." rhea menjawab.

Lyon tidak menyerah, dia panjat jendela itu berusaha duduk disana.

"Apasih yang kamu lakuin ? Astaga." Rhea terperangah melihat kelakuan anak itu.

Rhea berusaha berdiri untuk memberi jarak dirinya dengan anak itu, tapi anak itu menghentikan tindakannya dan membuat rhea tetap terduduk di kursinya. Jarak mereka berdua cukup dekat sehingga dapat mendengar suara nafas masing masing dengan jantung yang berdetak kencang.

"Sebenarnya apa mau mu ?" Rhea bertanya sinis.

"Kamu." jawab lyon tegas, tidak ada unsur unsur keraguan didalam kata katanya.

"Tolong pergilah, ini mulai menyusahkanku." Kata kata rhea melembut berharap dia mengabulkan permintaan itu.

"Baiklah, asal kamu mau pergi denganku akhir minggu ini,"

"Teruslah kamu bermimpi, aku sibuk."

"Kamu bisa pergi dengan dua anak sialan itu, tapi sibuk dengan ku ?" Lyon menatap tajam rhea.

"Itu urusanku bukan urusanmu, pergilah." rhea mendorong kaki lyon yang sedang duduk di jendelanya.

"3 menit lagi bel masuk, ku gak keberatan untuk seperti ini terus." lyon bersandar tidak mendengarkan rengekan rhea.

"Kumohon,"

"2 menit lagi."

"Hentikan sekarang juga !!!" Perintah rhea kesal.

"1 menit,"

"Baiklah, baiklah, akan aku hubungin kamu sabtu sore ini." rhea menyerah.

"Gimana caranya kamu hubungin aku? Ku aja gak punya no handphone kamu," lyon berbicara santai sambil menyerahkan handphonenya kepada rhea.

"Dasar bajingan tengik." batin rhea kesal mengambil paksa handphone itu dan menuliskan nomernya.

Lyon tersenyum menang. Tak lama handphone rhea berbunyi, nomer tidak dikenal muncul dilayarnya.

"Itu nomerku, harus disave," lyon melompat dari jendela rhea. "Jangan lupa akhir pekan ini dan...emmm... aku gak suka kamu bergaul dengan kedua anak itu."

"Memangnya siapa kamu mengaturku ?" Rhea kesal bukan main.

Lihat selengkapnya