Rhea and Handsome Followers

Dewi yuliana
Chapter #9

Dua Bilah Mata Pisau

Di saat yang sama disaat rhea melatih kesabarannya menghadapi alexa. Disabtu malam, dikediaman keluarga Perwira, Andrea yang menggunakan stelan jas hitam dengan rambut tersisir kebelakang sedang menyantap steaknya dengan santai.

Pertemuan keluarga ini terjadi setiap dua bulan sekali, seluruh keluarga perwira menghadiri pertemuan ini untuk saling bertemu sapa dan menonjolkan diri mereka sendiri dihadapan tetua dirumah ini, Marsella Adiguna Perwira, nenek Andrea sekaligus pemilik perusahaan Noax Company.

"Bukankah malam ini begitu indah, sepertinya makan malam setiap hari seperti ini tidak burukkan ibu." Tanya bibi Andrea yang mewah tapi terlihat norak.

"Bagaimana sekolahmu ?" Tanya Marsella menuju Andrea.

"Tidak terlalu buruk, tidak terlalu baik juga. Biasa saja." Jawab Andrea.

"Sampai kapan kamu mau bermain main, dengan nilai kamu yang seperti itu sulit memasukan kamu ke Oxford meraih gelar MBA nantinya." Marsella menyindir.

"Kupikir kehadiran ku kali ini bukan untuk membicarakan hal itu nek, ini adalah yang terakhir kalinya aku ikut dalam jamuan membosankan seperti ini." Andrea menyelesaikan makannya.

"Kauuu (memukul meja, semua orang terdiam menghentikan aktifitas mereka), siapa lagi perusahaan ini akan ku wariskan kalau bukan untuk ayah mu dan kamu." "Tapi, karena ayahmu itu lebih memilih jalannya sendiri, setidaknya kamu yang harus menggantikan ayahmu, apa apaan sikap kurang ajar seperti itu." Muka marsella memerah menahan amarah.

"Jangan limpahkan semuanya padaku nek, nenek hanya tidak bisa menggapai papa, karena itu nenek terobsesi padaku sekarang, tapi jangan lupa aku juga anak dari anak laki lakimu yang lari itu." Andrea menjawab santai.

"Toh aku pikir orang dihadapanku bukankah lebih pantas untuk posisi itu, bibi sudah melakukan yang terbaik untuk menjadikan Lyon sehebat ini, bukankah begitu Bibi Naura." Andrea tersenyum kepada bibinya yang berada di sebelah neneknya.

Marsella tidak bisa menahan lagi amarahnya. Dia berdiri dari meja makan, bersiap pergi ke ruang kerjanya.

"Kalau kamu masih menggangap aku nenekmu, temui aku diruangan kerja sehabis ini." Marsella pergi tanpa berkata apa apa lagi.

Meja makan hening tanpa suara, tidak ada yang berani mencela dan bersuara akan apapun.

"Kalau pertemuan ini sudah selesai, saya permisi terlebih dahulu." Andrea tersenyum berpamitan kepada kedua bibi dan kedua pamannya itu.

"Lyon, temui aku, ada hal yang ingin kubicarakan dengan mu." Andrea memanggil tanpa melihat Lyon.

"Pertemuan yang memuakan." Gumam Andrea dengan ekspresi menjijikan.

*** Halaman ***

Andrea menikmati angin sepai sepoi dan suara air mengalir di kolam. Andaikan saat ini dia bersama Rhea, dia ingin sekali memeluknya.

Setiap hari Andrea selalu memikirkan keadaan anak itu, bagaikan noda di permukaan baju, dia ingin sekali menghapusnya tapi tetap tidak bisa. Bagaimana bisa, kalau apapun yang dilakukan anak itu membuatnya selalu khawatir.

Andrea teringat dengan perkataan Tyo setelah dia mengantar Rhea yang sedang sakit saat kejadian lyon yang secara sepihak mendekatinya itu.

Lihat selengkapnya