Sulit mengekspresikan keadaan mereka saat ini. Mereka berenam memilih menikmati malam dengan diam seribu bahasa bahkan suara nyanyian burung burungpun lebih diinginkan disaat seperti ini.
"Bagaimana kalian bisa sampai disini?" Tanya alexa memecah keheningan.
"Lyon dan aku sudah memberitahumu bahwa kita akan berkemah sabtu ini kan? Tapi kamu bilang kamu sibuk." Raphael menjawab santai.
"Ternyata sibukmu disini toh?" Lyon ikut bersuara. "Berniat berkhianat rupanya."
"Owh ayolahhh yon, kita bukan seorang pejuang." Kata alexa.
"Bawa orang mu, bocah sialan. Toh dia yang mendekati orang kami terlebih dahulu." Tyo menatap lyon sinis.
"Owh ya, (mengejek) jangan pikir kita selevel bocah edan." Lyon menanggapi.
Sahut menyahut pertengkaran semakin memanas antara Lyon, Alexa, dan Tyo. Rhea mengalami pusing, Andrea dan Raphael lebih baik diam dari pada menyela mereka.
"Ku mohon stop, kupikir kita disini untuk bersenang senang." Kata Rhea.
"Yo, stop." Andrea akhirnya bersuara.
"Yon, kalau masih berlanjut kita balik ketenda. Disini kita tamu ku harap kita gak buat suasana mereka rusak karena kita." Raphael mulai memuncak.
Tyo dan Lyon mulai meredakan amarah masing masing.
"Rhe, mulai deket ma alexa kapan? susah ya pasti ngurus dia." Raphael mulai memperbaiki suasana.
"Bukan aku yang ngurus dia. Tapi ibuku." Raphael heran.
"Dia pasti numpang makan tempat kamu ya?"
"Kok kamu tahu?"
"Soalnya sebelum ketempat kamu dia selalu ditempatku. Hahahahaha." Raphael tertawa.
"Kamu bener bener tunawisma ya?" Tyo menyela.
"Ya rumahku kan gak ada pembantu." Alexa menjawab.
"Maksud kamu ibunya Ea pembantu gitu." Tyo dan Rhea menatap protes.
"Kalian ini (menunjuk) bener bener cocok dalam hal kesalahpahaman ya." Kata Alexa.
"Jangan jangan kamu pura pura minta dikasihani sama ibuku ya." Kata Rhea.
"Keterlaluan." Tyo menambahi.
Selama mereka bertiga bertengkar, hanya tiga orang yang sedang dalam diam.
"Bagaimana kabarmu?" Andrea bertanya.
"Buruk, saat kamu lupa kalau kamu harus bertemu dengan nenek tua itu saat terakhir berkunjung."