Musim hujan datang juga, Rhea melihat gerimis air terjatuh di jendelanya.
Jangan bertanya, hanya jangan bertanya apa yang terjadi malam itu. Rhea selalu saja berkata seperti itu kepada alexa ya penasaran akan dirinya.
Dirinya yang sedang duduk sendirianpun menandakan bahwa malam itu tidak berjalan baik-baik saja.
Saat Rhea menjawab tentang pernyataan cinta Andrea, semuanya menjadi berubah. Wajah Andrea menjadi pucat, raut wajahnya tidak terlihat kebahagiaan disana.
"Bagaimana, aku bisa sebodoh itu." Pikir Rhea yang berusaha berkonsentrasi ke pelajaran.
Tyo sedang menjenguk Andrea yang sudah hampir satu minggu ini absen. Sebenarnya Rhea ingin ikut tapi dia takut hanya akan memperkeruh suasana. Rhea takut, ketakutannya membuat dia berfikir akankah dia kembali kemasa-masa dia sendiri saat itu. Tanpa teman-temannya , bagaimana bisa mereka meninggalkan Rhea sendiri padahal mereka duluan yang mendekatinya.
"Kurang ajar. Mereka sungguh-sungguh kurang ajar." Rhea meletakan kepalanya menutup wajahnya dimeja.
******
Suara bel berdenting tiga kali di apartemen berlantai tujuh tersebut.
Sang pemilik keluar kamar, berusaha melihat siapa yang datang dan kembali memasuki kamar saat tahu siapa yang mengunjunginya.
"Haloo. Buka gak ndre. Jangan sampe ku dobrak ya ini pintu." Kata pria disebrang telepon.
Andrea mematikan hpnya. Dan terdengar bunyi menakutkan didepan ruang tamu.
"Anak itu bener-bener." Pikir andrea yang takut pintunya dijebol oleh tamunya.
"Ada apa?" Tanya Andrea membuka pintu.
"Astaga. Ini kamu, Ndre." Tyo melihat seseorang dengan baju tidur yang kumal, wajah yang mulai ditumbuhi bulu2 halus bertanda sipemilik wajah tidak pernah bercukur satu minggu ini dan yang lebih mengkhawatirkan adalah kondisi rumah, Andrea yang tidak suka keacak-acakkan merubah seluruh rumahnya menjadi sarang kecoak yang mungkin bukan hanya kecoak tetapi anaconda pun bisa keluar dari kotak sampah bertumpuk itu.
"Ada apa sih dengan kamu, liat semua kekacauan ini." Tyo memasuki ruang tamu yang dianggap angin lalu oleh Andrea.