Jam tua di rumah itu tiba-tiba berdentang begitu kencang sampai membuat detak jantung ikut terpacu. Agam berlari tergesa, air mukanya begitu tegang. Pasalnya dia tengah kehilangan rekannya di rumah angker yang sudah tak berpenghuni selama lima puluh tahun tersebut.
Situasi ini tidaklah bagus. Agam sudah memperkirakan sebelum mereka melakukan perburuan. Tempat yang dipilih oleh rekannya terlalu banyak mengandung risiko.
Saat survey lokasi, dia bisa merasakan begitu banyak energi negatif di rumah ini. Gerbangnya dijaga oleh dua makhluk halus yang bertubuh tinggi dan berbulu. Saat masuk ke dalam rumah tersebut ada berbagai makhluk astral yang menyambut.
"Udah aku peringatkan untuk enggak pakai tempat ini, masih aja keras kepala." Agam menggerutu sepanjang jalan. Rumah angker di daerah kebun sawit ini merupakan tempat yang dipilih oleh rekannya.
Matanya terus saja mencari rekannya yang menghilang saat sedang melihat-lihat lantai dua. Eksistensi di rumah ini menjadi begitu riuh, suara-suara aneh terdengar di mana-mana.
"Hey, kalian bisa diam, nggak!" teriaknya kesal karena tidak bisa berkonsenterasi.
Suara yang menggangu itu malah semakin menjadi-jadi, tidak memedulikan Agam yang terlihat frustrasi. Suara cekikikan khas dari makhluk halus diam-diam mengikuti Agam.
"Aliya! Kamu di mana?"
Agam membuka satu persatu pintu, memeriksa dengan sangat teliti. Aliya adalah rekan kerjanya sekaligus temannya sejak kecil. Gadis berpipi chubby dengan mata bulat yang indah.
Pekerjaan sampingan Agam adalah seorang Youtuber. Memberikan konten menarik sesuai dengan bakatnya. Seperti memberitahukan keberadaan makhluk astral, menceritakan keberadaan dunia lain, memburu hantu dan hal lainnya yang berhubungan dengan Supranatural.
Sebenarnya pekerjaan ini banyak mengandung risiko. Tapi dia tidak peduli dan mengambil risiko itu dengan tangan terbuka. Seringkali dirinya diganggu oleh makhluk-makhluk tak kasat mata. Tapi dia abaikan. Terkadang juga hal yang berbahaya kerap kali menimpanya. Seperti saat ini, Aliya tiba-tiba saja menghilang dan tidak tahu di mana keberadaannya.
"Hahh, aku capek ...," keluhnya.
Agam terduduk di bawah jendela yang lumayan besar. Napasnya terengah. Sudah setengah jam dia berkeliling rumah itu tapi belum juga menemukan Aliya.
"Agam ...."
Agam tersentak ketika mendengar bisikan Aliya memanggil namanya begitu lirih, dengan cepat dia langsung berdiri dan mencari asal suara itu.
Di balik jendela. Aliya terlihat berdiri mematung membelakanginya. Matanya hanya menatap lurus ke depan dengan pandangan yang kosong. Aliya kerasukan. Agam bisa mengetahuinya hanya dengan memperhatikannya dari belakang.
Agam berlari memutar balik menuju halaman belakang yang rimbun dengan satu pohon besar yang menjadi pusatnya.
"Aliya!" Agam menepuk pundak Aliya yang membuat gadis itu seketika mendapatkan kesadarannya kembali.
"Agam?"
Suara Aliya terdengar begitu parau. Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Aliya tak kuasa mengendalikan dirinya dan langsung memeluk Agam.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Agam khawatir.
Aliya menggelengkan kepalanya. Agam menatap pohon yang tepat berada di hadapannya sekarang. "Kita keluar dari sini," titahnya sambil menuntun Aliya pergi.
Saat sudah berada di luar rumah tersebut, Agam menyiapkan kameranya dan mulai merekam adegan terakhir.
"Halo semuanya, ternyata ini adalah malam yang sangaaat panjang." Agam menoleh kepada Aliya diikuti dengan kamera yang beralih menyorotnya. "Gimana menurut Yaya tentang tempat ini?" lanjutnya.
Yaya merupakan panggilan Aliya yang diciptakannya agar lebih akrab pada para penonton.