Dua jam sebelumnya.
Aliya dan Bunga sedang menuju perpustakaan untuk meminjam buku. Tampak Bunga berbeda dari biasanya. Dia terlihat lemah dan tidak bertenaga.
"Bunga, kamu kenapa?" tanya Aliya cemas melihat wajah bunga yang pucat.
"Memang aku kenapa?" Bunga heran kenapa Aliya menanyakan hal itu. Padahal dia merasa baik-baik saja. "Jadi gimana soal Agam? Apa dia sudah punya gebetan?" Gadis itu mengalihkan pembicaraan. Bukan maksudnya seperti itu, dia benar-benar ingin tahu bagaimana perasaan Agam sekarang.
Mereka baru saja putus satu bulan yang lalu. Semenjak itu, tidak ada lagi jalinan di antara mereka. Saat bertemu pun, Agam hanya sekadar menyapanya. Bunga teringat kenangannya dulu saat masih menjadi pacar Agam. Semua hal manis yang sudah dia terima. Hatinya mencelos. Kenapa hubungannya malah berakhir seperti ini? Sangat menyedihkan. Perasaannya tidak bisa berbohong. Bunga masih menyukainya.
"Bunga!" Tepukan di bahu membuatnya terperanjak. "Duh, jangan ngelamun dong. Kamu lagi nggak fit gini, aku takut kamu kenapa-kenapa."
Dahi Bunga berkerut. Terkadang perkataan Aliya membuatnya tak mengerti. "Aku baik-baik aja. Kenapa kamu khawatir banget?"
"Enggak apa-apa sih cuma ...." Aliya melirik sudut perpustakaan. Buku yang tertumpuk di sana membuat area itu terlihat berantakan dan lembab. Aliya dapat merasakan hawa yang mendiami tempat itu.
Dia selalu merasa diperhatikan oleh sosok yang belum menampakan wujudnya saat berada di dekat Bunga. Mungkinkah sosok itu sengaja mengikuti Bunga?
"Aku bisa merasakan keberadaannya," desisnya.
Bunga menatap Aliya tak paham. Dia terus saja melirik arah sudut dengan tatapan yang sedikit menyeramkan. Bunga termasuk orang yang takut akan hal-hal yang berbau mistis. Dia tidak suka dengan cerita hantu, bahkan jika ada yang menyebutkan salah satu dari mereka, Bunga akan sangat marah. Itulah mengapa Aliya tidak bisa memberitahukan kebenarannya dan itu juga yang menjadi akar dari putusnya hubungan asmara Bunga dan Agam.
Aliya terperanjat saat melihat cahaya seperti bola mata berwarna merah menyala menyorot tajam ke arahnya. "Hah? Ummm ...." Gumaman tak jelas keluar dari mulutnya. "Kita pergi dari sini, yuk."
Aliya menarik tangan Bunga untuk segera meninggalkan perpustakaan. Bunga yang tidak tahu apa-apa mulai merungut.
"Kenapa buru-buru? Kita 'kan belum sempat pinjam buku. Mana besok harus ngumpulin tugas," keluhnya.
"Kamu tahu? Di sana ada sesosok makhluk halus," jelas Aliya. Aliya sangat tak tahan untuk tidak memberitahukannya. ketidaktahuan Bunga membuatnya sangat gemas.
Wajah Bunga menjadi pucat pasi, tubuhnya gemetaran.
"Kamu nggak apa-apa?" Aliya kini menjadi khawatir dan dia menyesali perkataannya.
"Aku udah bilang, jangan ngomongin hal yang enggak aku suka," katanya pelan menahan tangis.
Aliya mencoba meraih tangan Bunga berharap dapat menenangkannya namun ditepis begitu saja.