Richard

yuyun septisita
Chapter #1

Hallo, Pak Richard #1

 Sebagian kantor pasti punya cerita masing-masing. Entah itu suram atau pengalaman pahit sama atasanya.

Boss yang cerewet, pelit, suka semena-mena dan bawelnya minta ampun, itu sudah biasa! Di kantorku, ada kejadian luar biasa.

Boss kami yang baru adalah anak bungsu boss lama kami. Lulusan sekolah di luar negeri yang bicaranya ke barat - baratan.

Contoh 'yes, all of you,' kalau di katakan dengan intonasi sangat cepat dan terdengar telinga konslet seperti bilang 'yes, i love you.'

Anak-anak magang suka baper, cengar- cengir sampai kejang - kejang nggak jelas. Boss muda itu sungguh hot dan maskulin. Kulitnya putih, bersih seperti susu yang memancing siapapun untuk mencecap.

Khayalan nakal dari wanita-wanita dengan standard jatuh cinta yang terlampau tinggi karena keseringan menonton drama Korea.

Suatu siang aku ditugaskan oleh kepala administrasi, namanya Mba Mawar untuk menanyakan makan siang Boss baruku ini, namanya Richard, panggilanya Pak Rich.

Tok ... tok ... tok.

Kuketuk ruangannya yang terletak di lantai dua kantor kami. Ruangan paling wangi dan steril karena dari gosip yang beredar, Pak Rich sangat menyukai kerbersihan __kerapian.

Beberapa waktu kutunggu namun tidak ada jawaban. Perlahan kuberanikan diri mendorong pintu yang tak terkunci itu dengan jantung berdebar-debar.

Pemandangan indah terpampang berupa kaum Adam nan rupawan di hadapan, sosok pria bertubuh sangat proporsional terlihat sedang menamati sesuatu dengan khitmat di layar.

Sejenak akupun terkesima dengan ketampanan yang sempurna laksana pria Asia dengan score perfect tanpa cela, tanpa kekurangan kecuali fakta bahwa dia anaknya Pak Reymon. Boss besar yang galaknya nggak karuan.

"Permisi Pak, mau makan siang apa?" tanyaku sambil menunduk__ mendongak mencuri-curi pandang.

"Busy."

"Haaa ... makan besi?"

"Nanti saja maksud saya, sorry. Saya sedang sibuk saat ini."

"Baik, apa saya perlu ke sini setengah jam lagi, Pak Richard?"

"No, thanks." Lalu aku terdiam sesaat. Terpaku, terkesima.

Apapun namanya tiba-tiba saja tubuhku mematung, saat mata ini dengan lancang justru memperhatikan sesuatu yang berbeda pada dirinya. Boss baruku memiliki tatto Naga di dadanya, kebetulan saat itu dia mengenakan kemeja berwarna putih.

Tattonya sungguh indah, mungkin dilukis oleh Maestro terkenal. "Ada yang lainnya?"

"Oh Nggak, Pak. Anda nampak keren hari ini." Aduh kenapa berani sekali mulut lancang ini berkata demikian.

Lihat selengkapnya