RIFAYYA

Humairoh
Chapter #3

Kepergok

Seperti biasa perpustakaan lenggang, hari ini hari sabtu. Kami ber-empat kembali berkumpul di tempat yang sudah kami nobatkan sebagai markas kami, bagian pojok perpustakaan.

"Kamu nggak di-apa-apa-in 'kan Ay?" tanya Ica memastikan.

Aku baru saja menceritakan kepada mereka, yang aku alamin kemarin. Si Bucin yang menemuiku saat pulang sekolah, di koridor sekolah kemarin.

"Dia nggak berani macam-macam denganku Ca."

"Intinya dia mulai berani mendekati Aya karena 'status' mereka yang sudah berubah." Zaffir menambahkan.

"Kamu sih Ay, main setuju-setuju, kalau terjadi yang tidak-tidak gimana?"

Lagi-lagi Ica dengan ke-khawatirannya.

"Dari dulu juga kali, dia sering dekatin aku Ca."

"Ini beda Ay. Biasanya juga dia kejar kamu dikeramaian saja 'kan Ay. Nggak pernah dia nyamperin kamu saat pulang sekolah. Ini pertama kali-nya Ay."

"Seharusnya kita jangan terlalu memikir yang tidak-tidak dulu." Zaffir menasehati. "Dari yang aku tahu Alan itu siswa yang baik-baik, nilai rapornya juga bagus. Tidak pernah ada kasus keluar-masuk ruang BK selama sekolah di sini. Oh, dan juga saat SMP dia sering mengikuti berbagai olimpiade hingga internasioanal, tapi semenjak masuk SMA dia berhenti mengikuti olimpiade."

"Apa kamu diam-diam dekat dengan Si Bucin?"

Aku menatap Zaffir menyelidik.

Zaffir menggelengkan kepala. Dan memberi sebuah berkas di hadapanku. Aku mengambilnya, mulai membaca. Ternyata berisi profil Si Bucin, entah dari mana Zaffir mendapatkannya, tapi hasil kerja Zaffir patut diacungi jempol.

"Dia besar di Bandung dan pindah dua tahun yang lalu." Zaffir melanjutkan penjelasannya.

"Berarti saat pertama kali kita masuk SMA?" Ica bertanya.

"Bingo. Dia tinggal dengan ibu dan adiknya. Keberadaan ayahnya tidak pernah terekspos. Baru sampai di sini yang aku tahu."

Zaffir menutup penjelasannya. Ica bertepuk tangan dengan semangat.

Zaffar kembarannya, mengambil sesuatu di kolong meja. Aku melongokkan kepala ke bawah meja. Sejak kapan ada kardus di kolong meja?

"Ini alat yang kita butuhkan." Zaffar mulai mengeluarkan satu-persatu isi dalam kardus.

Ica mengangkat benda berbentuk cip, dan bertanya. "Ini apa-an?"

"Itu semacam earphone tapi dalam bentuk yang kecil, aku membuat 4 buah untuk kita semua." Zaffar mulai menjelaskan bagian-bagian-nya. Selain 4 buah earphone kecil tadi ada juga alat perekam suara dan alat pelacak yang tidak jauh kecil seperti earphone tadi. Kata Zaffar alat perekam suara dibuat untukku jika sedang bersama Si Bucin, agar mereka bisa mendengar suara Si Bucin juga. Dan untuk alat pelacak Zaffar membuat sedikit banyak katanya untuk cadangan, satu untukku juga. Jika sinyal dari earphone-ku hilang atau alat perekam suara tiba-tiba error, dia bisa pakai pelacak untuk melacak keberadaanku.

Lihat selengkapnya