"See you again." Miss Agnes menutup pembelajaran. Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.
"See you too Miss." Kami menjawab serempak.
Miss Agnes keluar dari kelas. Semua siswa sibuk memasukkan alat belajar ke dalam tas. Berbondong-bondong keluar kelas. Aku dan Ica berjalan paling belakang.
"Hai Ica, Aya."
Di depan kelas ada Zaffir yang menunggu. Memang Si Ramah ini sangat setia kawan, Zaffir yang menaiki tangga demi menjemput aku dan Ica, itu namanya setia kawan 'kan?
"Hai juga Zaffir, mana kembaranmu?" Aku bertanya.
Zaffir tertawa kecil. "Biasa, pergi duluan ke parkiran. Dia malas menunggu di depan kelas kalian."
Aku ikut tertawa mendengar ucapan Zaffir
Zaffar memang mempunyai trauma dengan kelas kami. Pernah sekali dia menunggu kami seperti Zaffir tadi, dan tiba-tiba dikerumuni para siswi di kelas kami, bahkan ada beberapa yang nekad mengejarnya karena penasaran. Zaffir juga seperti kembaran-nya, sering dikerumuni para cewek, tapi Si Ramah itu tidak mengambil pusing seperti Zaffar.
"Astaga, kalian masih di situ." Ica berseru beberapa langkah di depan kami.
"Cepetan. Nanti Si judes marah-marah tidak jelas lagi."
Aku melempar senyum ke arah Zaffir yang di balas ramah dengan-nya. Senyumku adalah kode untuk Zaffir.
"Satu,"
Zaffir mulai menghitung. Zaffir dan aku mulai mengambil ancang-ancang.
"Dua,"
Ica mengerutkan keningnya menatap aksiku dan Zaffir.
"Tiga!"
"Hei, tungguin!" Ica berteriak mengejar kami yang berlari meninggalkan-nya. Untung koridor sedikit lenggang, tinggal sedikit siswa yang berjalan di koridor.
Tidak butuh waktu lama kami sudah tiba di gerbang sekolah.
"Wah… Curang… Ka… Lian…" Ica sampai paling terakhir. Dengan ngos-ngos-an dia mencak-mencak tidak jelas.
Kami bertiga saling bertatapan, dan kemudian tertawa merasa konyol dengan yang kami lakukakan tadi.
"Tapi serukan." Zaffar angkat bicara. Aku dan Ica mengangkat jempol, membenarkan.
"Kenapa baru sampai."
Kami semua berhenti tertawa mendengar suara di belakang kami.
Zaffar berdecak malas. "Jemputan sudah datang dari tadi." Zaffar berjalan meninggalkan kami, masuk ke dalam mobil yang terpakir di depan gerbang sekolah.
Di sekolah kami memang tidak diperbolehkan membawa kendaraan sendiri. Jadinya beberapa siswa memilih menaiki angkutan umum, sisanya mendapat jemputan, seperti kami ber-empat.