RIFAYYA

Humairoh
Chapter #6

Partner Baru Bang Kiki

Aku menatap keluar kaca mobil, hari ini hujan. Tidak sesuai ramalanku semalam. Ternyata memang benar, mendung belum tentu hujan. Malam cerah belum tentu siang juga cerah. Tapi cuaca hari ini sebuah keberuntungan buat kami juga, para siswa. Karena kami tidak perlu panas-panasan mengikuti upacara bendera.

Aku menatap jengah supirku hari ini. Bang Kiki yang dari tadi sibuk dengan karya musiknya.

"Do…Do…L, U…CU…P."

Aku menghela napas, tiada hari tanpa kejahilannya.

"Dol, Dodol!"

"Apa lagi?!" Aku bertanya kesal.

"Sudah sampe kali Dol."

Aku mengedarkan pandangan, memastikan yang dikatakan Bang Kiki benar. Ternyata benar. Aku melepas saltbeat. Mengambil tas dan payung di kursi belakang.

"Masih muda sudah pikun." Cibiran Bang Kiki yang tidak aku respon.

Aku mengulurkan tangan di depan Bang Kiki.

"Mau minta uang jajan ceritanya 'nih?" Bang Kiki menatapku heran. "Kebalik kali Dol, seharusnya kamu yang ngasih uang sama abangmu yang ganteng ini."

Aku mendengus. Mengambil tangan Bang Kiki paksa, dan mencium tangan-nya. "Aya nggak pikun kali dengan peraturan Ayah yang kedua."

Bang Kiki terlihat cengar-cengir sambil menggaruk kepalanya.

Walaupun Bang Kiki sering jahil padaku. Tapi aku masih ingat dengan peraturan Ayah yang ke-dua, tentang berlaku sopan kepada yang lebih tua. Dan Bang Kiki adalah orang yang lebih tua dariku, apalagi umurnya yang terpaut lima tahun dariku. Aku sebagai adik yang baik hati, harus berlaku sopan untuk Bang Kiki.

"Assalamualaikum Dol." Bang Kiki memberiku salam, dengan senyum jahilnya.

"Waalaikumsalam."

Aku membuka pintu mobil, dan berjalan ke arah gerbang sekolah dengan payung hijau tua yang melindungi kepalaku dari air hujan. Baru beberapa langkah aku berjalan, tiba-tiba Ica dengan suara khasnya menyapa dari sampingku, dengan memeluk lenganku erat.

"Assalamualaikum Aya."

"Waalaikumsalam Ca."

Ica di sampingku semakin merapat, takut terkena air hujan.

"Pas banget, dapat tumpangan payung gratis. Tadi lupa bawa payung padahal sudah diingat-in sama Umi,"

"Dasar pelupa." Cibirku pada Ica. Aku berjalan dengan hati-hati. Takut kecemplung ke genangan air yang dalam, bisa-bisa sepatuku yang habis dicuci kemarin jadi kotor.

Lihat selengkapnya