"ICA!"
"AYA!"
"HUUWAA!!"
Saat ini aku dan Ica ada di taman wahana. Menaiki roller coaster.
Ica tidak main-main dengan ucapannya. Dia benar-benar mengajakku bolos sekolah. Tanpa Si Kembar.
"Ini seru sekali Ca."
Aku dan Ica sudah berpijak di atas tanah.
"Kamu senang?"
Aku menganggukkan kepalaku. Ini sangat menyenangkan.
"Ayo! Kita cari wahana baru!" Ica berseru sambil menarik tanganku.
Aku tertawa. Mengikuti langkah Ica yang berlari di depanku. Ica masih menarik tanganku. Kami sudah mengganti baju dengan baju couple yang kami beli di salah satu stan. Dengan sembunyi-sembunyi tentunya. Pengunjung juga tidak terlalu ramai.
Hari ini aku merasa bebas. Melupakan sejenak masalah yang datang di kehidupanku.
Hingga sore hari semua wahana sudah kami coba, dari yang paling biasa-biasa saja sampai yang paling ekstrim.
Aku dan Ica menjatuhkan badan kami di bangku taman.
"Capek Ay."
"Sama Ca. Ternyata bolos enak juga ya?"
"Jangan sampai jadi kebiasaan Ay. Ini yang pertama dan terakhir kalinya, mengerti?"
Ica terlihat seperti seorang Ibu yang menasihati anaknya habis main hujan-hujanan.
"Siapa yang ajak. Siapa yang kasih nasihat." Cibirku.
"Kamu juga mau ikutin. Aku itu khilaf Ay, kamu seharusnya cegahin dong."
Aku hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Ica. Gadis di sampingku tiba-tiba tertawa. Ica yang tertawa menular kepadaku. Aku tiba-tiba juga tertawa. Untung taman sedang sepi. Aku semakin mengeluarkan suara tawaku. Memaksa mengeluarkan bebanku ini.
Ica menghentikan tawanya. Dia menatapku yang sedang asik tertawa.
"Kenapa berhenti Ca!" Aku berteriak dengan sekuat-kuatnya.
"Cukup Ay." Ica memegang lenganku.
Aku menghembuskan napas. Tawaku menghilang. Namun beban ini tidak kunjung hilang.
Aku mengangkat kakiku ke atas bangku taman. Memeluk lututku. Menyembunyikan wajahku di balik lipatan kaki. Isakanku mulai keluar. Menangis, lagi-lagi pilihan terakhirku.
"Kenapa beban ini nggak hilang sih Ca? Aku nggak tahu harus gimana lagi? Ini sulit bagiku Ca."