RIFITOPIA

G. Cha
Chapter #1

PACARAN?

~Firisha's PoV

Lebih seru dan menyenangkan mana, pacaran dengan pria yang lebih tua, lebih muda, atau sepantaran dengan usia kita?

Aku Firisha (jangan pedulikan namaku yang agak aneh), aku pernah membayangkan bagaimana rasanya pacaran seperti orang lain. Pernah membayangkan? Iya. Karena sampai detik ini aku masih melajang alias jomblo. Memang tak masalah... tapi kadang keinginan dalam hati ini begitu kuat untuk mengubah status hubungan.

Kadang aku menginginkan sosok dewasa yang dapat melindungi dan mengayomiku. Kadang aku berharap punya pacar yang lebih muda, imut, dan lucu. Tapi ternyata banyaknya keinginan hanya membawaku jalan di tempat. Namun ini hanyalah cerita lama.

*****

Siang begitu terik, apalagi di Solo daerah kota. Aku sedang bersiap di dalam kamar kontrakan, memakai pensil alis serampangan, belum terbiasa menggunakannya. Sedikit memoles bibir, agar tak seperti mayat hidup. Dan maju mundur untuk kuliah teori, jujur saja karena tak begitu cocok dengan metode pembelajaran dosen yang satu ini.

Jangan berpikir aku gadis cantik tinggi semampai dengan kulit mulus tanpa cela. Aku hanyalah gadis dengan tinggi kurang dari 160cm, doyan makan, dengan beberapa titik jerawat di wajah. Minggu lalu aku baru saja memotong rambutku sangat pendek. Bayangkan saja! Awalnya rambutku sepanjang pinggang, dan kini hanya tinggal selurus dagu. Oh, jangan pula berpikir kalau aku sedang mengikuti tren, no!... Aku sedang stres... yup! Karena apa? Banyak hal.

Undangan pernikahan teman-teman SMP-SMA yang menumpuk dan membuatku mengelus dada, berpikir "aku kapan?", lalu tugas kampus yang tak kunjung usai, bayar kontrakan, bagi budget kebutuhan bulanan, dan seabrek problem lainnya.

Alhasil rambutku mulai rontok, mungkin juga karena asupan nutrisi yang kurang, sedangkan para nutrisi itu harus beredar ke seluruh penjuru tubuh dari ujung kaki ke ujung rambut, entahlah. Itulah alasanku memotong rambutku sebegini pendek. Ah, toh ini juga bisa menghemat sampoku. Satu masalah teratasi.

*****

Sebagai salah satu mahasiswi semester pertengahan, wajar jika mulai tertarik pada seseorang, seperti menyukai kakak tingkat... ah bukan! Kami tidak satu jurusan, hanya satu institut saja. Setiap mengingatnya entah kenapa aku ingin tersenyum. Namanya Halbi. Kami sering bertemu di acara mingguan anak teater, kadang kalau sedang beruntung aku mendapat tempat duduk di sebelahnya, mendebarkan... di saat seperti itu rasanya dunia menjadi milikku.

Lihat selengkapnya