Firisha sedang bersantai di kontrakan sambil mengerjakan makalah, laptop menyala di atas meja kecil ditemani segelas susu kemasan, dan lembaran-lembaran catatan yang berserakan di sekelilingnya. Empat hari penuh ia mencoba melengkapi makalah yang sejak seminggu lalu dikerjakannya itu, senin lusa harus dikumpulkan.
Firisha sangat merindukan Rion dan ingin segera bertemu. Tapi kata Rion, "Kalau belum selesai tugasnya, nggak aku samperin." Sedih sekali rasanya.
Klunthing.
Firisha mendapat satu permintaan pertemanan baru di FB. Elvaria Verita? Mimpi apa semalam? Elva mengirim permintaan pertemanan? Hmmh... Atau ada perlu apa ya? Mau apa?
Firisha menerima undangan itu, dan begitu undangan diterima langsung ada chat dari Elva.
(Hei... Fir, aku dapat FB kamu dari teman-teman.)
(Oh? Iya...)
(Sibuk ya?)
(Nggak juga. Kerjain makalah... Kurang sedikit.)
Firisha agak ogah-ogahan meladeni Elva.
(Aku mau ngundang kamu. Di acara ultahku seminggu lagi. Tempatnya Grand Ballroom Al*la Hotel. Datang ya?)
(Kuusahain.)
(Wajib datang dong. Rion diajak juga ya!)
(Iya Va. Kuusahain ya? Aku belum tau nanti ada jadwal kegiatan apa...)
(Tenang aja... Malam kok, jam 8 mulai. Pokoknya aku tunggu kamu. Nggak usah bawa apa-apa.)
(Ok.) Firisha meletakkan hp-nya, agak menyesal menerima undangan itu. Dan kata-kata nggak usah bawa apa-apa itu kenapa kesannya menghina kalau Elva yang bilang? Ah, entahlah.
*****
Esoknya, setelah lembur semalaman, Firisha berjanji menemui Rion di kampus. Pacarnya sedang bersama Yuna dan Tian ketika Firisha menghampiri mereka di lorong kelas bahasa. Si gadis kecil menyambutnya dengan riang, mempersilakan Firisha duduk di sebelah Rion.
"Kalian dapat undangan dari Elva?" tanya Firisha.
Semua mengangguk. Tian akan hadir bersama Benu karena mereka diminta membawakan acara. Kalau bukan karena bayaran tinggi, Tian malas sekali mendatangi acara Elvaria. Tian blak-blakan soal ketidaksukaannya. Dulu awal kuliah, Elva pernah melabraknya. Dipikir Tian merebut orang disukainya, padahal Tian juga tidak kenal. Usut punya usut Elva salah orang, tapi dia tidak pernah sekalipun minta maaf pada Tian.
Sedangkan Yuna tidak bisa hadir karena mengikuti kompetisi selancar di Bali. Alasan yang bagus untuk menolak nona ambisius yang manja itu. Yuna beruntung acaranya bertepatan dengan jadwal lomba.
"Fir, kamu lagi mikir apa?" celetuk Yuna.
"Nggak, aku hanya lagi berhemat. Jadi nggak punya dress buat ke acara ulang tahun Elva yang pastinya nggak biasa." Firisha menarik napas, "ada dua sih sebenarnya. Tapi itu cocoknya untuk acara nikahan di desa."
Rion terkikik di balik kemeja gelapnya. Rion sedari tadi mengamati pacarnya yang terlalu jujur itu. Sebenarnya ia ingin membelikan Firisha baju, tapi malu kalau harus terang-terangan menawarinya. Alasan dirinya bersama Yuna dan Tian adalah soal baju itu, untung saja mereka sudah sepakat sebelum Firisha datang.
*****
Hari ulang tahun Elva tiba.
Yuna meminjamkan dress brokat coklat mudanya, cocok dengan Firisha yang manis.
"Dress-nya cantik banget." puji Firisha begitu Rion menjemputnya.
"Untung pas sama kamu." ujar Rion, nyengir.