Sudah tiga puluh menit Ares menunggu antrean untuk memperbaiki ban motornya yang bocor. Entahlah, hari ini adalah hari yang menyebalkan bagi Ares. Ia harus mendorong motornya sejauh satu kilometer karena terjadi kebocoran pada ban belakang dan sekarang ia masih harus menunggu antrean yang cukup lama.
“Mas, masih lama, nggak?” tanya Ares pada tukang tambal ban yang dari tadi sibuk memperbaiki ban motor pengendara lain.
“Sabar, Mas, sebentar lagi selesai terus giliran masnya.”
Ares hanya menghela napas panjang. Ia paling malas bila harus diberi pekerjaan menunggu, apalagi sekarang tidak ada yang bisa ia lakukan selain memperhatikan tukang tambal ban itu melakukan pekerjaannya. Ares benar-benar ingin segera pulang ke rumah, mengingat jalanan belum terlalu padat karena hari ini sekolanya pulang lebih awal. Merasa sudah sangat bosan, Ares memutuskan untuk berjalan-jalan sembari menunggu ban motornya kembali benar dan ia bisa pulang ke rumah.
Ares menyusuri trotoar sambil memandangi sekitar, barangkali ada yang menarik dan bisa menghibur dirinya. Saat sedang berjalan, ia teringat pada Perpustakaan Daerah yang letaknya tidak jauh dari tempatnya berada. Ia memutuskan untuk mengunjungi perpustakaan, setidaknya di sana ada banyak buku yang bisa dibaca sehingga ia tak perlu lagi merasa bosan.
Sejak SMA, Ares tidak pernah lagi mengunjungi Perpustakaan Daerah karena perpustakaan sekolahnya sudah memiliki banyak koleksi buku yang memadahi. Mungkin terakhir kali ia menginjakkan kaki di Perpustakaan Daerah saat dirinya masih duduk di bangku SMP. Setelah mengisi daftar buku pengunjung, Ares bergegas menuju lantai dua untuk membaca komik. Ia berharap tatanan rak bukunya masih sama seperti dulu, akan merepotkan bila tatanan raknya berubah, ia harus mengelilingi perpustakaan hanya untuk mencari komik favoritnya.
Untunglah, harapan Ares terkabul. Semuanya masih terlihat sama, termasuk pengunjung yang tak pernah terlihat ramai. Setelah mendapatkan komik yang ia maksud, ia segera mencari tempat duduk yang kosong. Belum sempat duduk, Ares merasa kakinya menginjak sesuatu. Benar saja, ternyata ada buku yang tergeletak di lantai.
“Ih, ini kerjaan siapa, sih? Buku dibuang-buang, nggak tahu apa kalau belinya pakai uang?”
Merasa masih memiliki tanggung jawab, Ares memutuskan untuk mengembalikan buku itu. Ia menuju ke tempat komputer informasi untuk mencari di rak sebelah mana buku itu disimpan. Lagi-lagi Ares harus mengantre, ia berdiri tepat di belakang perempuan berkepang dua dengan tinggi badan yang tidak melebihi dirinya. Karena tubuh perempuan itu lebih pendek darinya, Ares bisa melihat buku apa yang sedang dicari perempuan itu. Ares merasa tidak asing dengan judul buku yang dicari perempuan itu, dirinya mengingat-ingat di mana ia menemukan buku itu. Benar saja, buku yang dicari perempuan itu adalah buku yang tidak sengaja ia injak tadi.
Tanpa ragu, Ares menepuk pundak perempuan yang sedang fokus mencari di mana letak buku yang ia cari. Refleks, perempuan itu membalikkan badannya karena merasa pundaknya ditepuk oleh seseorang, ia sangat terkejut karena di depannya kini berdiri seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan seragam SMA.
“Mudah Berbahasa Isyarat, ini buku yang kamu cari?” tanya Ares sambil mengulurkan buku itu pada perempuan di hadapannya.
Sebelum menjawab, perempuan itu memandang Ares dengan heran. Namun, tak lama kemudian, perempuan itu menerima buku yang diberikan Ares. Tanpa mengucap sepatah kata apapun, perempuan itu menundukkan kepala sebagai ucapan terima kasih dan kemudian pergi meninggalkan Ares.
***