Di Surabaya ada sebuah pondok salaf yang sangat terkenal, pondok tersebut bernama pondok "Toriqusalam." Pondok tersebut diasuh oleh kyai bernama KH. Umar Abdul Aziz. Beliau mempunyai 5 orang anak, 4 putra dan 1 putri. Ke empat putra beliau sudah menikah semua, dan alhamdulillah semua sudah merintis pondok masing-masing seperti Abah nya.
Seorang putri beliau masih kelas 3 SMA dan sekarang sedang melaksanakan ujian nasional. Sejak kecil putri bungsu beliau memang sangat terkenal cerdas dan cantik. Tidak ada seorang pun yang tidak memuji kecantikan putri Abah Umar. Tapi walaupun begitu, dia masih sangat polos dan lugu. Tidak ada kata jatuh cinta dalam hidupnya, padahal dia sudah menginjak usia remaja. Memasuki masa pubertas yang seharusnya mulai tertarik dengan lawan jenis.
Putri bungsu Abah Umar bernama Ana Putri Khoirun Niswa, dan sering dipanggil dengan nama Niswa. Saat masih balita sampai berumur 9 tahun Niswa masih sering keluar rumah bermain dengan teman-temannya. Banyak yang iri dengan kecantikan Niswa, karena selain cantik Niswa juga sangat baik dan terkenal dermawan.
Saat berumur 10 tahun, Abahnya meminta Niswa agar masuk ke pondok Mambaul Hikam di pasuruan dan belajar untuk mandiri. Pondok tersebut terkenal sangat ketat. Semua aktifitas Niswa dilaksanakan di lokasi pondok, jadi tidak pernah ada seorang santri pun yang keluar pondok jika tidak ada kepentingan mendesak. Sambang pun dilaksanakan diluar pondok, ada tempat tersendiri di luar lokasi pondok putri yang digunakan untuk sambang(kunjungan keluarga). Bahkan wali santri putri tidak di izinkan masuk kawasan pondok walaupun ibu santri sendiri. Semua wajib lapor dengan penjaga di luar gerbang pondok.
Tanpa seizin Abah nya, Niswa tidak pernah pulang ke rumah. Bahkan kadang liburan pun Abah nya tidak mengizinkan Niswa pulang. Saat akhir tahun Niswa berhasil mendapatkan nilai terbaik, dan dia berhasil mendapatkan piagam atas prestasinya. Abah Umar sangat bangga pada putrinya, beliau berniat memberikan hadiah khusus untuk Niswa atas keberhasilannya.
"Abah kagum dengan kecerdasan mu nak," puji Abah Umar.
"Biasa saja kok bah," ucap Niswa merendah.
"Kami mau Abah ajak berkunjung ke rumah kakak-kakak kamu?" Tawar Abah Umar.
"Mau bah, mau!" Jawab Niswa penuh semangat.
"Kebetulan kan kita sudah lama tidak bertemu sejak lebaran kemarin,"
"Iya bah, Niswa kangen sama kakak-kakak. Apalagi kakak Faruq."
Faruq adalah kakak pertama Niswa yang tinggal di Jepara.
"Baiklah, besok kita berangkat ya. Kamu segera siap-siap." Terang Abah Umar.