Rinai Imajiner

Yahya Ibrahim
Chapter #2

People Come and Go

Entah sejak kapan rooftop ini telah menjadi tempat favoritku. Hampir setiap hari saat jam istirahat aku selalu datang ke tempat ini. Berbekal sepotong roti dan kopi kaleng, cukup rasanya memuaskan rasa lapar dan dahaga. Aku memang tidak menyimpan banyak ruang untuk makanan dalam perutku.

Ooh, aku belum menceritakannya, ya? Saat ini aku bekerja di Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Balikpapan (aku tahu tidak banyak yang mengenal dengan baik kota yang satu ini). Bukan sebagai ASN, apalagi PNS, hanya pekerja kontrak (honorer) dengan upah dibawah minimum. Berharap suatu saat ada keajaiban dari hasil pengabdianku. Tapi nyatanya itu hanya omong kosong. Saat ini pemerintah memang sedang mengupayakan pengangkatan (PPPK) untuk beberapa profesi tertentu, yang memang lebih diprioritaskan. Walau hal itu pun tetap harus melalui proses seleksi yang sangat ketat, serta mengikuti syarat dan ketentuan yang berlaku.

 

Mungkin kalian masih merasa asing dengan latar tempat yang kubawakan. Tidak seperti Kota Jakarta yang bahkan telah dikenal sampai mancanegara, atau mungkin Bandung, Depok, Bali dan sebagainya, yang sudah sering diangkat menjadi latar tempat dalam sebuah novel populer. Harus kutekankan kepada kalian—Balikpapan adalah kota yang tidak kalah cantiknya jika dibanding dengan kota-kota tersebut.

Aku tidak mengada-ada tentang ini. Sebutan Bumi Manuntung sangat cocok bersanding dengan kota ini. Asri? Aku pastikan kalian masih bisa menikmati udara segar di sela ramai lancarnya kendaraan di kota ini. Macet? Astaga itu hal yang tidak perlu kalian khwatirkan. Aku tidak mengatakan jika ruas jalan di kota ini selalu lancar. Kalian mungkin akan mendapati kemacetan di beberapa titik area pada jam-jam tertentu (khususnya area persekolahan, perusahaan, mall, dan area ramai aktivitas lainnya). Tapi seperti yang kukatakan, hanya di jam-jam dan situasi tertentu saja.

Lihat selengkapnya