Dalam hidup manusia, berapa banyak peristiwa penting yang bisa terjadi? Setahun sekali? Lima tahun sekali? Atau puluhan kali?
Kelahiran, ulang tahun, masuk sekolah. Semua termasuk peristiwa penting juga. Namun, berapa banyak peristiwa penting, yang kelak akan kita ingat. Peristiwa penting yang terjadi, akibat keputusan yang kita buat.
Dan bukankah menikah adalah peristiwa penting dalam hidup manusia? Yang seharusnya diputuskan oleh dirinya sendiri? Oke, tepatnya saat ini bukan menikah. Tapi suatu perjodohan.
Rasa-rasanya semua peristiwa yang kita anggap penting adalah peristiwa yang sebetulnya alamiah terjadi. Masuk kuliah, ulang tahun, dan sejenisnya. Suatu hal yang memang harus terjadi di dalam fase tumbuh kembang kita menjadi manusia utuh.
Manusia utuh! Ya, mungkin peristiwa penting itu adalah kejadian dimana kita telah dianggap menjadi manusia utuh.
Dan apakah itu?
Bekerja?
Menikah?
Punya anak?
Oke, bekerja! Pertama kali mendapat pekerjaan adalah peristiwa penting yang akhirnya melibatkan diri kita sendiri.
Kitalah yang berhak menentukan dimana kita akan bekerja, sebagai apa dan bagaimana kita melakukan pekerjaan itu.
Lalu setelah bekerja ada tuntutan lain, yaitu menikah! Lalu mempunyai anak, atau memutuskan untuk mempunyai anak dan mengulang fase hidup seperti manusia normal lainnya.
Ya, menikah!
Rinai sudah mengalami semua fase manusia normal diatas, kecuali menikah.
Lahir, masuk sekolah, mengalami pubertas, kuliah, menganggur, menjadi host acara terkenal, bertualang, menganggur, bekerja kantoran, dan menganggur lagi.
Well, Tantenya tidak menganggap mengelola LSM adalah suatu pekerjaan. Meskipun LSM itu telah melahirkan banyak relawan, event-event outbond, aksi sosial di daerah terpencil, dan bahkan mitra pemerintah dalam mengelola hutan rakyat. Nothing!
Jadi Rinai adalah sosok pengangguran karena tidak mempunyai jam kerja nine to five atau seven to six per day.
Dan yang menjadikan itu lebih buruk adalah Rinai tidak mempunyai pasangan, pacar, kekasih, gebetan, calon gebetan, crush dan sebutan lainnya.
Paling tidak itu yang terlihat di mata Te'hana dan orang yang hanya melihat sosok Rinai sepintas.
Rinai bukan sosok gadis yang sempurna, dari keluarga yang kaya misalnya. Namun Gadis itu mempunyai penampilan aktratif, supel, dan bisa memikat banyak orang meski tomboy, terbukti ia bisa menggawangi acara petualangan selama tiga kali kontrak.
Dan dikelilingi banyak pria yang berharap menjadi pacar atau kekasihnya. Artinya kehidupan percintaan Rinai masih terang benderang kalau ia mau. Hanya saja untuk saat ini Rinai memang belum berniat untuk menjalin hubungan secara serius.
Pernah satu kali Rinai berpacaran saat awal masuk kuliah. Seorang posesif yang tidak membiarkan Rinai mendaki gunung karena semua kawan mendaki Rinai adalah lelaki.
Melarangnya mendaki karena alasan cemburu dan bukannya karena khawatir akan keselamatan gadis itu di alam bebas.
Sejak saat itu, Rinai tidak membiarkan seorangpun menjadi kekasihnya. Dan sekarang sudah tahunan berlalu.
Rinai sudah 26 tahun, dan menurut tantenya itu adalah angka kritis bagi seorang perempuan untuk dapat menikah sebelum memasuki usia 30.
Angka kritis!
Phew!
Dan itulah awal mula perjodohan yang dirancang Te'hana dengan keluarga yang disebut-sebut sebagai kerabat.
Dan bukankah menikah adalah peristiwa penting dalam hidup manusia? Yang seharusnya diputuskan oleh dirinya sendiri? Oke, tepatnya saat ini bukan menikah. Tapi suatu perjodohan.