Cahaya mentari meredup, awan mendung mulai bergerumul menutupi langit biru nan cerah. Seorang gadis berambut coklat panjang segera bangkit dari kasurnya yang terasa empuk dan nyaman, lalu beranjak ke tepi jendela. Tangannya terangkat untuk menutup gorden jendela kamarnya yang tadinya terbuka. Setelah itu kakinya mulai melangkah menjauh dari kamarnya.
Kini tubuhnya yang tinggi semampai berdiri di depan pintu masuk rumah—ah, tidak, lebih tepatnya Villa—sambil menatap langit mendung dengan senyum tipis terpancar di wajah mulusnya.
Ia termenung melihat tetes demi tetes air yang mulai turun dari langit. Pemandangan itu terasa begitu menenangkan hati, entah sejak kapan ia menyukainya.
Namun, senyumnya seketika memudar saat matanya menangkap bayangan seorang pemuda tampan bersama seorang wanita yang tengah duduk sambil bersenda gurau di depan sana. Ia tahu betul kalau pemandangan itu hanya halusinasinya. Tapi tetap saja, rasanya ia masih belum bisa menerima kenyataan ini. Ya, ia membatin. Itu aku dan dia.
Setetes air mata mulai jatuh membasahi pipinya. Matanya kini terpejam, tidak sanggup melihat pemandangan menyesakkan itu.